Aku terlahir tanpa pernah peduli siapa orang tua kandungku.Dari bayi hingga saat ini usiaku 22 tahun,aku hanya peduli dengan seorang wanita berhijab bernama Huswatun teman satu Panti asuhan di Surabaya.
Namaku Ahmad Al Irsyad,nama yang berasal
dari secarik kertas,satu-satunya informasi tentang diriku yang ditemukan
didepan pintu Panti Asuhan.Aku sebenarnya tidak mau menerima nama itu,gara-gara
nama itu teman-teman sekolah sering mengejek jika nama Ahmad Al Irsyad tidak
cocok untukku.Bagi mereka kelakuanku yang nakal ini tidak pantas meyandang nama
Islam.
Aku biasa dipanggil Irsyad,kabur
dari panti asuhan diusia 15 tahun.Aku tidak sanggup tinggal disana karena di dalam
panti hidup terlalu diatur,hal itu bukan sebuah naluri yang ada pada diriku,apalagi ada satu penjaga panti yang sering bersikap kasar dan memanfaatkan status kami sebagi
yatim piatu untuk keuntungan dia sendiri,seperti mengambil sebagian sumbangan
dari para donatur untuk kepentingan dirinya.
Sewaktu di panti ,sepulang sekolah aku selalu mampir ke terminal untuk mengenal kehidupan yang bernuansa kebebasan,bahkan
aku sering mencuri uang penjaga panti dan memalak teman sekolah sekedar untuk membeli
rokok,Siapakah yang patut dipersalahkan
dari tingkahku,orang tua yang tlah membuangku atau penjaga panti yang
tidak benar mendidikku,namun saat itu aku lebih menyalahkan Tuhan.Aku sangat
berbeda dengan teman-teman panti lainnya yang pulang sekolah harus bekerja
membersihkan panti dan siap menerima kemarahan dan pukulan dari penjaga panti
yang emosional,sedangkan aku lebih berani melanggar aturan panti asuhan.Penjaga panti kami yang bernama Sujirwo itu hanya manis pada kami jika didepan para donatur saja.
Saat berusia 12 tahun aku sudah
merokok ,dan diusia 14 tahun sudah mulai minum-minuman keras secara diam-diam
sepulang sekolah.Aku bahkan sering mengoplos minuman keras dengan berbagai
bahan berbahaya demi mendapatkan sensasi memabukkan yang luar biasa.
Aku sering kesal jika melihat
penjaga panti memarahi kami dengan kasarnya,bahkan aku sering menguping penjaga
panti Sujirwo memanfaatkan status kami untuk meraup keuntungan,hingga akhirnya tepat
dimalam yang ramai suara gemerincik hujan dari genteng,aku mendorong penjaga
panti jatuh ke lantai 1 dari lantai 2 saat dia sedang membawa berkas pengajuan
sumbangan pada donatur.Setelah perbuatan itu aku kabur dari panti,saat kabur
dari panti usiaku baru 15 tahun.Aku meninggalkan sekolah dan melakukan perjuangan
kehidupan dengan kebebasan.Selama tidak tinggal di panti aku tetap sering
memperhatikan panti secara diam-diam sekedar untuk melihat wajah Huswatun,seorang wanita yang berusia 2
tahun diatasku,ia adalah wanita yang aku kagumi.
*****
Usiaku 13 tahun......
“Siapa yang membuka komputer
dikamar bapak,semua filenya terhapus ” ucap Sujirwo yang berteriak lantang
memamerkan urat-urat leher kemarahan.Sujirwo adalah penjaga panti yang sangat
kubenci,dia mengumpulkan semua anak panti diruangan depan malam itu.
Penjaga Panti sangat murka.Dengan
memegang ikat pinggang untuk memecut pelaku yang berani mengotak-ngatik
komputer miliknya,penjaga panti kembali berteriak “Bapak ulangi lagi ,siapa
yang berani masuk kekamar bapak memainkan komputer” kali ini penjaga panti
menendang bangku disebelah kanannya sebagai tanda kemarahan yang semakin
memuncak.
Aku hanya diam,tapi aku melihat
Huswatun bergetar tegang ketakutan,aku sangat hafal ekspresi wanita ini karena
aku sangat sering sekali memperhatikan ekspresi wanita yang rajin beribadah dan
pendiam ini.
Anak-anak panti tentunya
ketakutan dalam diam menyaksikan kemarahan penjaga panti,tapi tidak
denganku,aku hanya menampilkan ekspresi biasa saja,padahal waktu itu usiaku
masih 13 tahun.
Huswatun maju kedepan secara
perlahan menapakkan kakinya dengan langkah yang bergetar.Kepalanya menunduk lalu
berkata “Aku yang menghidupkan komputer bapak karena aku penasaran ingin mengunakannya”.
“Apaaa....” teriak penjaga panti.Sujirwo
penjaga panti kami sebenarnya tidak akan percaya dengan pengakuan Huswatun,dia
kembali memalingkan wajahnya kearah kami anak-anak panti yang lain,karena dia
tau Huswatun anak pendiam tidak banyak ulah.Tapi akhirnya Sujirwo tetap murka
ingin memukul Huswatun sebagai pelampiasan kemarahannya karena Huswatun satu-satunya
anak panti yang melakukan pengakuan.
Aku langsung kedepan berdiri
disamping Huswatun. “Aku yang memainkan komputer bapak,bukan Huswatun” Huswatun
menoleh kearahku,dia terperangah dengan pengakuan yang tidak pernah kulakukan.Andai kau tau Huswatun,aku
hanya ingin melindungimu waktu itu.
Seketika penjaga panti secara
membabi buta memecutku dengan ikat pinggangnya.Huswatun dan anak panti lainnya
disuruh kekamar masing-masing meninggalkan kami berdua diruangan depan.Aku
mengigit bibirku untuk menahan rasa sakit pecutan,tapi sakit ini aku nikmati
sebagai luapan kekesalan terhadap penjaga panti dan juga untuk melindungi
Huswatun.Tentunya penjaga panti akan percaya jika aku pelakunya karena dia tau
akulah satu-satunya anak di panti ini yang selalu berulah kepadanya.
Tubuhku memerah lecet bahkan ada
goresan luka yang berdarah.Setelah memecutku dengan ikat pinggang,Sujirwo
penjaga panti sialan itu justru kembali menyuruhku berdiri dihalaman
panti,hujan yang sangat deras menemani kesakitanku malam itu.Tubuhku gigil
dibasuh guyuran hujan,bibirku membiru kedinginan.Luka-luka ditubuhku akibat
bekas lecutan semakin terasa perih.Aku hanya bisa mendongakkan kepala
membiarkan mukaku terbasuh milyaran tetesan air hujan.
Keesokan harinya aku hanya
dikamar,tubuhku sangat terasa lemah.Pagi itu Huswatun datang kekamar
membawakanku makanan dan segelas teh hangat. “Irsyad...maafin aku.Karena aku kamu
jadi seperti ini”.
“Aku baik-baik saja kak..” Aku
menampilkan senyuman terbaikku didepannya.
Bagiku sakitnya tubuh tidak akan
berarti apa-apa ketika kamu menyapa.
*****
Saat kabur dari panti asuhan
setelah mencelakai Sujirwo sang Penjaga panti,aku hidup dijalanan,apapun akan
kukerjakan untuk mencari uang.Melakukan tindak kejahatan dan beraneka ragam
pekerjaan yang menggunakan otot kukerjakan.Tubuhku yang cukup kekar dan lincah
melakukan gerakan bela diri menunjang pekerjaanku di dunia hitam.Sudah dari
dulu aku menyukai bela diri mangkanya aku sering mencuri-curi waktu latihan
saat masih di panti.Setiap malam dikehidupan bebas aku sering menghabiskan
malam dengan bermabuk ria mengoplos minuman keras agar bisa merasakan sensasi
yang luar biasa.Aku semakin kecanduan dengan alkohol,bahkan aku lebih rela
tidak makan daripada tidak meminum-minuman keras.
Usiaku 17-19 tahun......
Selama hidup didunia hitam,aku
tetap menumpahkan hatiku kepada Huswatun.Saat dia masih dimasa perkuliahan aku
sering mengikutinya dipagi hari mengantarnya ke kampus secara diam-diam
berjalan dibelakangnya,dan juga menjemputnya dikampus setelah perkuliahannya selesai hanya untuk memastikan tidak terjadi apa-apa padanya.Huswatun sungguh
cantik,wanita ini memakai kerudung yang indah tanpa corak,kaca matanya semakin
menjelaskan jika dia adalah seorang kutu buku yang aktif seperti kebiasaannya
dulu sewaktu aku masih dipanti.Ia sering membaca yang menurutnya menarik,bahkan
dia sangat menyukai membaca kamus bahasa inggris.Saat ia tersenyum ada dua
lesung yang menempel dipipi merahnya.Wajahnya selalu terlihat ramah.
Pada malam itu aku menunggu
Huswatun didepan gerbang kampus.Ia pulang larut malam,sepertinya
sedang banyak tugas kuliah.Dia keluar gerbang kampus yang gelap sendirian,aku hanya
memperhatikannya dari balik pohon beringin yang tumbuh 30 meter dari
gerbang.Tiba-tiba datang 4 orang pria mendekati Huswatun dan menarik tasnya,mereka
coba merampas tas Huswatun,namun Huswatun tidak mau menyerah mempertahankan
tasnya.Spontan aku langsung berlari mendekati mereka.
“Tolong jangan ambil tas saya”
Huswatun berseru parau.Segerombolan pria itu semakin berbuat kasar dengan
Huswatun,salah satu dari mereka coba memukul Huswatun.Dengan sigap aku langsung
menghadang pukulan itu,sebagai gantinya secara brutal aku menghajar
mereka,pukulan demi pukulan aku layangkan ke tubuh mereka.Perkelahian memang
dalam jumlah tidak berimbang,namun naluri berkelahiku membuat mereka
kalah.Salah satu dari mereka coba mengeluarkan belati dari selipan
punggung,coba menusukku.Tanganku yang lincah segera mematahkan serangan belati
tersebut,akhirnya segerombolan pria itu kabur.
Huswatun yang berdiri diam
dibawah langit tanpa gemintang,langsung setengah berlari dan menghentikan taksi
setelah kejadian perkelahian tadi.Aku bahkan belum sempat memberikan seutas
senyuman untuknya,aku hanya terbujur kaku menelan ludah melihat ekspresi
Huswatun.
*****
Hari itu aku telat melihat Huswatun keluar dari panti untuk pergi kuliah,akhirnya aku putuskan untuk pergi kekampus Huswatun,memastikan keberadaan Huswatun didalam kelasnya.Aku berdiri didepan pintu kelas coba mengintip isi kelas yang sedang melakukan proses belajar mengajar.
“Anda yang didepan pintu, cepat
masuk,perkuliahan saya sudah mulai 20 menit” ucap seorang pria setengah baya
yang sedang berbicara didepan Huswatun dan teman-temannya.
“Saya... ” Aku yang celinggukan langsung
masuk kekelas dan duduk dibelakang Huswatun.Ahh padahal niat awalnya hanya mau
melihat Huswatun,kenapa bisa jadi begini.
“internet
marketing menjadi hal yang paling dibutuhkan dalam penjualan produk di era
modern saat ini.Hei anda yang dibelakang jaket biru” Pria setengah baya yang
sedang mengajar didepan menunjuk sambil menegurku.
Aku yang dengan mata sayup-sayup
mengantuk langsung terhentak kaget sambil menggaruk kepala “Haaa... iya..iyaa
pak”
“Nama anda siapa?.Sebutkan nomer
mahasiswamu.Dikelas saya dilarang tidur,anda paham” Pria setengah baya itu
berteriak marah dengan tatapan mata yang tajam tertuju kearahku.
Aku terdiam mendengarnya,coba
menunduk.Huswatun ragu-ragu seperti mau menunjuk tangan keatas.Sebelum Huswatun
memperjelas statusku dikelas,segera aku permisi untuk keluar. “Maaf pak saya
keluar,ada keperluan” ujarku dengan sedikit menoleh kearah Huswatun.Huswatun
terlihat mengaruk-garuk jilbab dikepalanya dan menunduk melihat tingkahku.
Aku menunggu Huswatun diluar
kampus,tidur-tiduran ditaman kampusnya.Hari itu aku sengaja ingin berbicara
dengan Huswatun menanyakan kabarnya meski aku tau Huswatun belum tentu mau
menjawab pertanyaanku.Satu jam hingga akhirnya malam datang,Huswatun belum
terlihat keluar dari gedung kampusnya.Hujan tiba-tiba turun dengan
derasnya,tubuhku basah kuyup waktu itu.Aku mencoba bertanya dengan satpam
kampus “Maaf pak,semua mahasiswi sudah selesai kuliahnya”
“Sudah dari tadi dek” jawab
satpam kampus.
Mungkin Huswatun pulang lewat
gerbang belakang untuk menghindariku.
*****
Usiaku 20-22 tahun......
Setelah lulus kuliah Huswatun bekerja disalah satu perusahaan IT di Surabaya,ia tidak tinggal dipanti lagi.Bakat kepintarannya memang terlihat dari dulu,kuliah dan sekolahnya saja di biayai beasiswa menurut cerita orang-orang.Kalian tau? Aku masih setia menjalani aktifitasku mengikuti Huswatun.hingga suatu sore menjelang magrib aku yang tidak menemukan Huswatun digerbang kantornya memutuskan langsung pergi kekosan Huswatun sekedar memastikan jika dia telah sampai di rumah.Dengan merapikan penampilan,aku berusaha sekeren mungkin,siapa tau aja Huswatun tiba-tiba menoleh kearahku lalu menyapa.Mataku terperangah melihat Huswatun diantar seorang pria dikosannya,pria yang berkemeja kantor terlihat ganteng,rapi dan berpendidikan,cocok dengan Huswatun yang cantik dan juga berpendidikan.Jika dibandingkan denganku seorang berandalan yang tidak pernah rapi mengenakan pakaian,aku merasa tidak pantas jika dibandingkan dengan pria itu.Otakku berpikir jika pria itu adalah pacar Huswatun.
Terlalu berharap akan seseorang
yang tidak menanggapi keberadaanku hanya membuatku semakin gila.Seharusnya aku
sadar dengan diriku sendiri yang sangat tidak pantas untuknya.Aku mencoba
berhenti berharap semenjak itu,coba melupakannya meski dia tidak akan
terlupakan.Cinta yang sepenuh hati akan kalah jika orang yang dicintai terlalu
tinggi untuk digapai.
Setelah kejadian itu aku tidak
lagi membuntuti Huswatun.Lalu dua bulan telah aku lewatkan tanpanya,hati ini
selalu saja memaksa untuk kembali mencari kabarnya.Aku menuju kosan Huswatun
dan tidak menemukan keberadaannya.Aku menanyakan kabar Huswatun ketetangga
kosannya.Kaget menghujam jantungku ketika aku mendapatkan kabar jika Huswatun dirawat
dirumah sakit.Tanpa memikirkan apapun aku langsung pergi kerumah sakit.Setibanya
dikamar Rawat Huswatun aku melihatnya terbaring dikeliling teman-teman
kantornya,semua mata teman Huswatun tertuju padaku yang mengenakan pakaian seperti berandalan,aku mengenakan jeans yang robek dikedua lututnya
beserta kaos yang dipadu dengan jaket kulit coklat.Mereka memperhatikan ujung
kaki hingga kepalaku,mungkin heran dengan diriku.Aku tercekat dengan keadaan Huswatun,mata
membulat terperangah melihat Huswatun dengan pergelangan tangan yang ditusuk jarum
infus.Huswatun tersenyum padaku “Hei Irsyad,jangan didepan pintu aja” sapanya
dengan lembut.Jarang sekali dia bisa menyapaku seperti ini.
Saat aku masih terpaku melihat
Keadaan Huswatun yang terbaring,seorang dokter masuk keruangan memberikan
senyum kesemua orang “Wah lagi ngumpul ya.Huswatun ada kabar yang kurang baik,kanker
otakmu semakin tidak terkontrol lagi penyembuhannya,tipis kemungkinan untuk
bisa disembuhkan.Satu-satunya cara agar kamu bertahan hidup hanya obat.Obat-obatan
ini tidak menyembuhkan tapi minimal bisa menghilangkan sedikit rasa sakitmu.”
Dokter menjelaskan sesuatu yang membuatku sangat terkejut.Teman-teman Husawatun
hanya menyimak yang dibicarakan dokter.
Setelah memberikan pernyataan dan
pemeriksaan,dokter meninggalkan kamar rumah sakit.Aku yang mendengar pernyataan
dokter tadi masih terpaku diam.
“Irsyad apa kabar? Kemana aja
tidak muncul.Kamu gak pernah ngikutin aku lagi” Suara huswatun terdengar pelan
namun berirama keakraban.
Aku tersenyum tanggung,salah
tingkah. “Aku gak kemana-mana kak” Seketika air mataku menetes,berulang kali
menyeka tetap saja air mata ini semakin tumpah.Ini pertama kalinya aku
meneteskan air mata.
“Uda dong nangisnya Irysad,aku gak apa-apa
kok.Malu tuh diliat temen-temen aku ,masa’ cowok nangis”
“Siapa yang nangis kak,mataku
cuman kelilipan debu” Aku coba menutupi perasaan hati yang sedih.
“Semenjak kapan kamu kena kanker otak kak,seharusnya kakak cerita sama aku.”
“Semenjak kapan kamu kena kanker otak kak,seharusnya kakak cerita sama aku.”
Huswatun tersenyum,ia tidak
menangis “Semenjak umur 14 tahun,kamu ingat waktu itu aku pernah dirawat
berminggu-minggu dirumah sakit,namun penjaga panti hanya menjelaskan aku terkena
malaria biasa.Dibalik hijab,rambutku mulai rontok Syad,namun bukan karena itu
aku memakai hijab,aku berhijab karena kewajiban sebagai muslimah.Waktu dirumah
sakit,semua biaya pengobatanku hingga aku bisa mandiri membiayai pengobatan akan
ditanggung oleh sebuah LSM yang peduli dengan kanker” Huswatun menjelaskan
ceritanya dengan lirih.
“Kak seharusnya kamu cerita
denganku” potongku.
“Kamu dengerin aku dulu,masih
ingat waktu kamu mengakui kesalahanku yang merusak komputer penjaga
panti.Penjaga panti sangat marah waktu itu,aku takut Syad.Saat itu aku coba
mengakui perbuatanku,namun kamu menyangkalnya.Justru kamu yang mengakui
kesalahanku hingga akhirnya kamu harus dihukum.Semenjak itu aku janji gak akan
bikin kamu ngelakuin hal bodoh semacam itu lagi.Aku gak mau menyusahimu lagi Syad”
ujar Huswatun dengan lemah dan suara yang parau.Tanpa ia sadari tetesan air
mata menganak dipipinya.
“Kak aku janji akan
menjagamu,selamanya kak aku janji”
Setelah itu kami semakin akrab
menjalani hari demi hari.Huswatun yang sudah bisa keluar dari rumah sakit
kembali menjalani aktifitasnya bekerja meski harus menggunakan kursi roda dan
rutin mengkonsumsi obat-obatan,aku selalu datang kepadanya dengan wajah yang
riang agar dia selalu berbahagia.Setiap pagi aku akan mengantar Huswatun
kekantornya,dan sore hari menjemputnya kembali.Selama dikosannya,Huswatun
ditemani mbok yang mengurusi keperluan dirinya.Aku sudah mulai mengubah
kehidupanku,berbagai perbuatan negatif telah aku tinggalkan,.Aku bekerja
menjadi supir angkutan umum dari siang hingga sore hari.
Saat malam hari Huswatun sering
menelponku,dia bercerita banyak hal.Salah satunya dia sangat menyukai acara YKS
di Trans tv.Ia bisa tertawa lepas melupakan segala sakit yang dirasakan saat
menonton YKS dari balik layar.Aku pun menjadi ikut ketularan kebiasaan
Huswatun,setiap malam aku akan numpang menonton YKS di televisi tetangga,karena
aku yang tinggal di sebuah kamar berpetak sempit dipinggir terminal tidak
mempunyai televisi.
Gara-gara YKS pula aku bisa
menjauhi minuman keras.Ternyata Huswatun mempunyai misi khusus menyuruhku
menonton YKS.Di acara YKS selain acaranya membuat semua orang tertawa juga
menyimpan suatu nasehat dalam sebuah lagu yang sering dinyanyikan sambil
berjoget oleh para pemain YKS,lagu itu berjudul OPLOSAN,lirik lagunya sangat
membuatku bergetar.
*****
Kudorong kursi roda Huswatun
menuju Stasiun Surabaya,kami akan menuju Jakarta.Ya sudah beberapa minggu
ini Huswatun selalu mengatakan ingin pergi ke Jakarta menonton secara live acara YKS.
Kami mengobrol banyak hal didalam
kereta,obrolan mengenang masa lalu menjadi salah satu topik pembicaraan kami.
“Syad,aku uda tau kalo kamu itu
sangat kecanduan alkohol dari kita masih remaja.Aku pernah ngeliat kamu
di terminal membeli minuman keras.Awalnya aku cuman penasaran kamu kemana aja
kalo pulang sekolah gak pernah langsung pulang ke panti.Aku membuntuti dan
melihat kamu membeli minuman keras bersama anak-anak pasar yang usianya jauh diatas
kita waktu itu.Aku janji pada diriku sendiri suatu saat harus
membantumu lepas dari pengaruh jelek itu.Aku juga tidak berani bilang ke penjaga
panti,karena takut kamu akan dikeluarin dari panti” Huswatun mengungkapkan
cerita yang selama ini tidak aku ketahui.
“Iya kak,sekarang aku sudah total
berubah.Aku gak akan lagi kembali kedunia negatif itu”
Huswatun terlihat mengeluarkan
kertas dan sebuah pulpen dari tas kecilnya,”Syad aku ingin menuliskan sesuatu
tentang masa depan nanti,sebuah harapan jika aku bisa menentukan masa depanku
sendiri hehe”.
Kertas yang tertulis itu ia lipat
dengan rapi dan diberikannya kepadaku, “Tolong simpan ya Syad.Bacanya saat kita
tidak lagi bersama,janji ya”
Malam semakin larut,kereta
berjalan melintas berbagai lukisan bumi dari balik jendela.Huswatun tertidur
dikursi kereta sebelahku.Wajahnya tersenyum meski ia sedang tertidur,tanpa
sengaja kepalanya bersandar dipundakku.Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan
bahagia ini.
“Penonton Oplosan yuk....” teriak
Cesar dari panggung YKS.Musik dan joget penonton yang dikomandoi Cesar hentak
membuat suasana menjadi semakin ramai menciptakan hiruk pikuk kegembiraan.Kami telah berada didepan panggung YKS,menyaksikan sesuatu yang dulu hanya bisa
disaksikan dari balik layar.Hari itu kami coba meminta foto bareng para pemain
YKS namun tidak berhasil.Huswatun tidak memakai kursi roda saat menonton
YKS,karena dia tidak mau menjadi pusat perhatian orang-orang yang
melihatnya,akulah yang menuntunnya jalan perlahan-lahan di gedung Trans tv.
*****
Hari ini telah 2 minggu kepergian
Huswatun ke Tuhan,beberapa minggu yang lalu juga Tim YKS membuat roadshow di
Surabaya,sayang sekali kami tidak bisa menontonnya karena Huswatun dalam keadaan kritis
waktu itu.
Aku mengenangnya dalam sebuah
cerita ini agar menjadi sesuatu kenangan yang bisa kubaca selain kenangan yang
tersimpan dihati.Huswatun pergi kesisi Tuhan yang mahakuasa,mungkin kepergian
adalah jalan terbaik untuknya,karena sungguh sakit yang dia derita sangat
menyakitkan bagi tubuhnya.Setelah kepergiannya, aku sekarang bekerja sebagai satpam
di perusahaan IT tempat Huswatun dulu bekerja.
Aku membuka lipatan kertas yang
kami janjikan akan dibuka ketika kami berpisah.
Tuhan.. Mungkin semua masa depan manusia telah ditentukan olehmu,namun jika aku diberi kesempatan menentukan masa depan,
1.aku ingin selalu bersama Irsyad dalam ridhomu Tuhan.
Sudah itu saja yang aku inginkan,terima kasih Tuhan.
Mataku tertutup secara perlahan membiarkan bulir-bulir air mata terjatuh setelah membaca lipatan surat Huswatun.Sungguh kau adalah hatiku Huswatun
dan tidak akan kubagikan hatiku kewanita siapapun selamanya.
sumpah gue beneran nangis karena ni cerita, lipatan kertas yang bikin merinding..
BalasHapus