Daun yang jatuh di tanah tidak terdengar suaranya ,seperti aku yang jatuh cinta kepadamu tanpa menyuarakannya @suparmaaan

Selasa, 11 Februari 2014

Oplosan dalam cerita






Aku terlahir tanpa pernah peduli siapa orang tua kandungku.Dari bayi hingga saat ini usiaku 22 tahun,aku hanya peduli dengan seorang wanita berhijab bernama Huswatun teman satu Panti asuhan di Surabaya.

Namaku Ahmad Al Irsyad,nama yang berasal dari secarik kertas,satu-satunya informasi tentang diriku yang ditemukan didepan pintu Panti Asuhan.Aku sebenarnya tidak mau menerima nama itu,gara-gara nama itu teman-teman sekolah sering mengejek jika nama Ahmad Al Irsyad tidak cocok untukku.Bagi mereka kelakuanku yang nakal ini tidak pantas meyandang nama Islam.

Aku biasa dipanggil Irsyad,kabur dari panti asuhan diusia 15 tahun.Aku tidak sanggup tinggal disana karena di dalam panti hidup terlalu diatur,hal itu bukan sebuah naluri yang ada pada diriku,apalagi ada satu penjaga panti yang sering bersikap kasar dan memanfaatkan status kami sebagi yatim piatu untuk keuntungan dia sendiri,seperti mengambil sebagian sumbangan dari para donatur untuk kepentingan dirinya.

Sewaktu di panti ,sepulang sekolah aku selalu mampir ke terminal untuk mengenal kehidupan yang bernuansa kebebasan,bahkan aku sering mencuri uang penjaga panti dan memalak teman sekolah sekedar untuk membeli rokok,Siapakah yang patut dipersalahkan  dari tingkahku,orang tua yang tlah membuangku atau penjaga panti yang tidak benar mendidikku,namun saat itu aku lebih menyalahkan Tuhan.Aku sangat berbeda dengan teman-teman panti lainnya yang pulang sekolah harus bekerja membersihkan panti dan siap menerima kemarahan dan pukulan dari penjaga panti yang emosional,sedangkan aku lebih berani melanggar aturan panti asuhan.Penjaga panti kami yang bernama Sujirwo itu hanya manis pada kami jika didepan para donatur saja.

Saat berusia 12 tahun aku sudah merokok ,dan diusia 14 tahun sudah mulai minum-minuman keras secara diam-diam sepulang sekolah.Aku bahkan sering mengoplos minuman keras dengan berbagai bahan berbahaya demi mendapatkan sensasi memabukkan yang luar biasa.

Aku sering kesal jika melihat penjaga panti memarahi kami dengan kasarnya,bahkan aku sering menguping penjaga panti Sujirwo memanfaatkan status kami untuk meraup keuntungan,hingga akhirnya tepat dimalam yang ramai suara gemerincik hujan dari genteng,aku mendorong penjaga panti jatuh ke lantai 1 dari lantai 2 saat dia sedang membawa berkas pengajuan sumbangan pada donatur.Setelah perbuatan itu aku kabur dari panti,saat kabur dari panti usiaku baru 15 tahun.Aku meninggalkan sekolah dan melakukan perjuangan kehidupan dengan kebebasan.Selama tidak tinggal di panti aku tetap sering memperhatikan panti secara diam-diam sekedar untuk melihat wajah Huswatun,seorang wanita yang berusia 2 tahun diatasku,ia adalah wanita yang aku kagumi.

*****
Usiaku 13 tahun......

“Siapa yang membuka komputer dikamar bapak,semua filenya terhapus ” ucap Sujirwo yang berteriak lantang memamerkan urat-urat leher kemarahan.Sujirwo adalah penjaga panti yang sangat kubenci,dia mengumpulkan semua anak panti diruangan depan malam itu.

Penjaga Panti sangat murka.Dengan memegang ikat pinggang untuk memecut pelaku yang berani mengotak-ngatik komputer miliknya,penjaga panti kembali berteriak “Bapak ulangi lagi ,siapa yang berani masuk kekamar bapak memainkan komputer” kali ini penjaga panti menendang bangku disebelah kanannya sebagai tanda kemarahan yang semakin memuncak.

Aku hanya diam,tapi aku melihat Huswatun bergetar tegang ketakutan,aku sangat hafal ekspresi wanita ini karena aku sangat sering sekali memperhatikan ekspresi wanita yang rajin beribadah dan pendiam ini.

Anak-anak panti tentunya ketakutan dalam diam menyaksikan kemarahan penjaga panti,tapi tidak denganku,aku hanya menampilkan ekspresi biasa saja,padahal waktu itu usiaku masih 13 tahun.

Huswatun maju kedepan secara perlahan menapakkan kakinya dengan langkah yang bergetar.Kepalanya menunduk lalu berkata “Aku yang menghidupkan komputer bapak karena aku penasaran ingin mengunakannya”.

“Apaaa....” teriak penjaga panti.Sujirwo penjaga panti kami sebenarnya tidak akan percaya dengan pengakuan Huswatun,dia kembali memalingkan wajahnya kearah kami anak-anak panti yang lain,karena dia tau Huswatun anak pendiam tidak banyak ulah.Tapi akhirnya Sujirwo tetap murka ingin memukul Huswatun sebagai pelampiasan kemarahannya karena Huswatun satu-satunya anak panti yang melakukan pengakuan.

Aku langsung kedepan berdiri disamping Huswatun. “Aku yang memainkan komputer bapak,bukan Huswatun” Huswatun menoleh kearahku,dia terperangah dengan pengakuan  yang tidak pernah kulakukan.Andai kau tau Huswatun,aku hanya ingin melindungimu waktu itu.

Seketika penjaga panti secara membabi buta memecutku dengan ikat pinggangnya.Huswatun dan anak panti lainnya disuruh kekamar masing-masing meninggalkan kami berdua diruangan depan.Aku mengigit bibirku untuk menahan rasa sakit pecutan,tapi sakit ini aku nikmati sebagai luapan kekesalan terhadap penjaga panti dan juga untuk melindungi Huswatun.Tentunya penjaga panti akan percaya jika aku pelakunya karena dia tau akulah satu-satunya anak di panti ini yang selalu berulah kepadanya.

Tubuhku memerah lecet bahkan ada goresan luka yang berdarah.Setelah memecutku dengan ikat pinggang,Sujirwo penjaga panti sialan itu justru kembali menyuruhku berdiri dihalaman panti,hujan yang sangat deras menemani kesakitanku malam itu.Tubuhku gigil dibasuh guyuran hujan,bibirku membiru kedinginan.Luka-luka ditubuhku akibat bekas lecutan semakin terasa perih.Aku hanya bisa mendongakkan kepala membiarkan mukaku terbasuh milyaran tetesan air hujan.

Keesokan harinya aku hanya dikamar,tubuhku sangat terasa lemah.Pagi itu Huswatun datang kekamar membawakanku makanan dan segelas teh hangat. “Irsyad...maafin aku.Karena aku kamu jadi seperti ini”.

“Aku baik-baik saja kak..” Aku menampilkan senyuman terbaikku didepannya.

Bagiku sakitnya tubuh tidak akan berarti apa-apa ketika kamu menyapa.
*****

Saat kabur dari panti asuhan setelah mencelakai Sujirwo sang Penjaga panti,aku hidup dijalanan,apapun akan kukerjakan untuk mencari uang.Melakukan tindak kejahatan dan beraneka ragam pekerjaan yang menggunakan otot kukerjakan.Tubuhku yang cukup kekar dan lincah melakukan gerakan bela diri menunjang pekerjaanku di dunia hitam.Sudah dari dulu aku menyukai bela diri mangkanya aku sering mencuri-curi waktu latihan saat masih di panti.Setiap malam dikehidupan bebas aku sering menghabiskan malam dengan bermabuk ria mengoplos minuman keras agar bisa merasakan sensasi yang luar biasa.Aku semakin kecanduan dengan alkohol,bahkan aku lebih rela tidak makan daripada tidak meminum-minuman keras.

Usiaku 17-19 tahun......
Selama hidup didunia hitam,aku tetap menumpahkan hatiku kepada Huswatun.Saat dia masih dimasa perkuliahan aku sering mengikutinya dipagi hari mengantarnya ke kampus secara diam-diam berjalan dibelakangnya,dan juga menjemputnya dikampus setelah perkuliahannya selesai hanya untuk memastikan tidak terjadi apa-apa padanya.Huswatun sungguh cantik,wanita ini memakai kerudung yang indah tanpa corak,kaca matanya semakin menjelaskan jika dia adalah seorang kutu buku yang aktif seperti kebiasaannya dulu sewaktu aku masih dipanti.Ia sering membaca yang menurutnya menarik,bahkan dia sangat menyukai membaca kamus bahasa inggris.Saat ia tersenyum ada dua lesung yang menempel dipipi merahnya.Wajahnya selalu terlihat ramah.

Pada malam itu aku menunggu Huswatun didepan gerbang kampus.Ia pulang larut malam,sepertinya sedang banyak tugas kuliah.Dia keluar gerbang kampus yang gelap sendirian,aku hanya memperhatikannya dari balik pohon beringin yang tumbuh 30 meter dari gerbang.Tiba-tiba datang 4 orang pria mendekati Huswatun dan menarik tasnya,mereka coba merampas tas Huswatun,namun Huswatun tidak mau menyerah mempertahankan tasnya.Spontan aku langsung berlari mendekati mereka.

“Tolong jangan ambil tas saya” Huswatun berseru parau.Segerombolan pria itu semakin berbuat kasar dengan Huswatun,salah satu dari mereka coba memukul Huswatun.Dengan sigap aku langsung menghadang pukulan itu,sebagai gantinya secara brutal aku menghajar mereka,pukulan demi pukulan aku layangkan ke tubuh mereka.Perkelahian memang dalam jumlah tidak berimbang,namun naluri berkelahiku membuat mereka kalah.Salah satu dari mereka coba mengeluarkan belati dari selipan punggung,coba menusukku.Tanganku yang lincah segera mematahkan serangan belati tersebut,akhirnya segerombolan pria itu kabur.

Huswatun yang berdiri diam dibawah langit tanpa gemintang,langsung setengah berlari dan menghentikan taksi setelah kejadian perkelahian tadi.Aku bahkan belum sempat memberikan seutas senyuman untuknya,aku hanya terbujur kaku menelan ludah melihat ekspresi Huswatun.

*****

Hari itu aku telat melihat Huswatun keluar dari panti untuk pergi kuliah,akhirnya aku putuskan untuk pergi kekampus Huswatun,memastikan keberadaan Huswatun didalam kelasnya.Aku berdiri didepan pintu kelas coba mengintip isi kelas yang sedang melakukan proses belajar mengajar.

“Anda yang didepan pintu, cepat masuk,perkuliahan saya sudah mulai 20 menit” ucap seorang pria setengah baya yang sedang berbicara didepan Huswatun dan teman-temannya.

“Saya... ” Aku yang celinggukan langsung masuk kekelas dan duduk dibelakang Huswatun.Ahh padahal niat awalnya hanya mau melihat Huswatun,kenapa bisa jadi begini.

 internet marketing menjadi hal yang paling dibutuhkan dalam penjualan produk di era modern saat ini.Hei anda yang dibelakang jaket biru” Pria setengah baya yang sedang mengajar didepan menunjuk sambil menegurku.

Aku yang dengan mata sayup-sayup mengantuk langsung terhentak kaget sambil menggaruk kepala “Haaa... iya..iyaa pak”

“Nama anda siapa?.Sebutkan nomer mahasiswamu.Dikelas saya dilarang tidur,anda paham” Pria setengah baya itu berteriak marah dengan tatapan mata yang tajam tertuju kearahku.

Aku terdiam mendengarnya,coba menunduk.Huswatun ragu-ragu seperti mau menunjuk tangan keatas.Sebelum Huswatun memperjelas statusku dikelas,segera aku permisi untuk keluar. “Maaf pak saya keluar,ada keperluan” ujarku dengan sedikit menoleh kearah Huswatun.Huswatun terlihat mengaruk-garuk jilbab dikepalanya dan menunduk  melihat tingkahku.

Aku menunggu Huswatun diluar kampus,tidur-tiduran ditaman kampusnya.Hari itu aku sengaja ingin berbicara dengan Huswatun menanyakan kabarnya meski aku tau Huswatun belum tentu mau menjawab pertanyaanku.Satu jam hingga akhirnya malam datang,Huswatun belum terlihat keluar dari gedung kampusnya.Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya,tubuhku basah kuyup waktu itu.Aku mencoba bertanya dengan satpam kampus “Maaf pak,semua mahasiswi sudah selesai kuliahnya”

“Sudah dari tadi dek” jawab satpam kampus.

Mungkin Huswatun pulang lewat gerbang belakang untuk menghindariku.

*****

Usiaku 20-22 tahun......

Setelah lulus kuliah Huswatun bekerja disalah satu perusahaan IT di Surabaya,ia tidak tinggal dipanti lagi.Bakat kepintarannya memang terlihat dari dulu,kuliah dan sekolahnya saja di biayai beasiswa menurut cerita orang-orang.Kalian tau? Aku masih setia menjalani aktifitasku mengikuti Huswatun.hingga suatu sore menjelang magrib aku yang tidak menemukan Huswatun digerbang kantornya memutuskan langsung pergi kekosan Huswatun sekedar memastikan jika dia telah sampai di rumah.Dengan merapikan penampilan,aku berusaha sekeren mungkin,siapa tau aja Huswatun tiba-tiba menoleh kearahku lalu menyapa.Mataku terperangah melihat Huswatun diantar seorang pria dikosannya,pria yang berkemeja kantor terlihat ganteng,rapi dan berpendidikan,cocok dengan Huswatun yang cantik dan juga berpendidikan.Jika dibandingkan denganku seorang berandalan yang tidak pernah rapi mengenakan pakaian,aku merasa tidak pantas jika dibandingkan dengan pria itu.Otakku berpikir jika pria itu adalah pacar Huswatun.

Terlalu berharap akan seseorang yang tidak menanggapi keberadaanku hanya membuatku semakin gila.Seharusnya aku sadar dengan diriku sendiri yang sangat tidak pantas untuknya.Aku mencoba berhenti berharap semenjak itu,coba melupakannya meski dia tidak akan terlupakan.Cinta yang sepenuh hati akan kalah jika orang yang dicintai terlalu tinggi untuk digapai.

Setelah kejadian itu aku tidak lagi membuntuti Huswatun.Lalu dua bulan telah aku lewatkan tanpanya,hati ini selalu saja memaksa untuk kembali mencari kabarnya.Aku menuju kosan Huswatun dan tidak menemukan keberadaannya.Aku menanyakan kabar Huswatun ketetangga kosannya.Kaget menghujam jantungku ketika aku mendapatkan kabar jika Huswatun dirawat dirumah sakit.Tanpa memikirkan apapun aku langsung pergi kerumah sakit.Setibanya dikamar Rawat Huswatun aku melihatnya terbaring dikeliling teman-teman kantornya,semua mata teman Huswatun tertuju padaku yang mengenakan pakaian seperti berandalan,aku mengenakan jeans yang robek dikedua lututnya beserta kaos yang dipadu dengan jaket kulit coklat.Mereka memperhatikan ujung kaki hingga kepalaku,mungkin heran dengan diriku.Aku tercekat dengan keadaan Huswatun,mata membulat terperangah melihat Huswatun dengan pergelangan tangan yang ditusuk jarum infus.Huswatun tersenyum padaku “Hei Irsyad,jangan didepan pintu aja” sapanya dengan lembut.Jarang sekali dia bisa menyapaku seperti ini.

Saat aku masih terpaku melihat Keadaan Huswatun yang terbaring,seorang dokter masuk keruangan memberikan senyum kesemua orang “Wah lagi ngumpul ya.Huswatun ada kabar yang kurang baik,kanker otakmu semakin tidak terkontrol lagi penyembuhannya,tipis kemungkinan untuk bisa disembuhkan.Satu-satunya cara agar kamu bertahan hidup hanya obat.Obat-obatan ini tidak menyembuhkan tapi minimal bisa menghilangkan sedikit rasa sakitmu.” Dokter menjelaskan sesuatu yang membuatku sangat terkejut.Teman-teman Husawatun hanya menyimak yang dibicarakan dokter.

Setelah memberikan pernyataan dan pemeriksaan,dokter meninggalkan kamar rumah sakit.Aku yang mendengar pernyataan dokter tadi masih terpaku diam.

“Irsyad apa kabar? Kemana aja tidak muncul.Kamu gak pernah ngikutin aku lagi” Suara huswatun terdengar pelan namun berirama keakraban.

Aku tersenyum tanggung,salah tingkah. “Aku gak kemana-mana kak” Seketika air mataku menetes,berulang kali menyeka tetap saja air mata ini semakin tumpah.Ini pertama kalinya aku meneteskan air mata.

 “Uda dong nangisnya Irysad,aku gak apa-apa kok.Malu tuh diliat temen-temen aku ,masa’ cowok nangis”

“Siapa yang nangis kak,mataku cuman kelilipan debu” Aku coba menutupi perasaan hati yang sedih.
“Semenjak kapan kamu kena kanker otak kak,seharusnya kakak cerita sama aku.”

Huswatun tersenyum,ia tidak menangis “Semenjak umur 14 tahun,kamu ingat waktu itu aku pernah dirawat berminggu-minggu dirumah sakit,namun penjaga panti hanya menjelaskan aku terkena malaria biasa.Dibalik hijab,rambutku mulai rontok Syad,namun bukan karena itu aku memakai hijab,aku berhijab karena kewajiban sebagai muslimah.Waktu dirumah sakit,semua biaya pengobatanku hingga aku bisa mandiri membiayai pengobatan akan ditanggung oleh sebuah LSM yang peduli dengan kanker” Huswatun menjelaskan ceritanya dengan lirih.

“Kak seharusnya kamu cerita denganku” potongku.

“Kamu dengerin aku dulu,masih ingat waktu kamu mengakui kesalahanku yang merusak komputer penjaga panti.Penjaga panti sangat marah waktu itu,aku takut Syad.Saat itu aku coba mengakui perbuatanku,namun kamu menyangkalnya.Justru kamu yang mengakui kesalahanku hingga akhirnya kamu harus dihukum.Semenjak itu aku janji gak akan bikin kamu ngelakuin hal bodoh semacam itu lagi.Aku gak mau menyusahimu lagi Syad” ujar Huswatun dengan lemah dan suara yang parau.Tanpa ia sadari tetesan air mata menganak dipipinya.

“Kak aku janji akan menjagamu,selamanya kak aku janji”

Setelah itu kami semakin akrab menjalani hari demi hari.Huswatun yang sudah bisa keluar dari rumah sakit kembali menjalani aktifitasnya bekerja meski harus menggunakan kursi roda dan rutin mengkonsumsi obat-obatan,aku selalu datang kepadanya dengan wajah yang riang agar dia selalu berbahagia.Setiap pagi aku akan mengantar Huswatun kekantornya,dan sore hari menjemputnya kembali.Selama dikosannya,Huswatun ditemani mbok yang mengurusi keperluan dirinya.Aku sudah mulai mengubah kehidupanku,berbagai perbuatan negatif telah aku tinggalkan,.Aku bekerja menjadi supir angkutan umum dari siang hingga sore hari.

Saat malam hari Huswatun sering menelponku,dia bercerita banyak hal.Salah satunya dia sangat menyukai acara YKS di Trans tv.Ia bisa tertawa lepas melupakan segala sakit yang dirasakan saat menonton YKS dari balik layar.Aku pun menjadi ikut ketularan kebiasaan Huswatun,setiap malam aku akan numpang menonton YKS di televisi tetangga,karena aku yang tinggal di sebuah kamar berpetak sempit dipinggir terminal tidak mempunyai televisi.

Gara-gara YKS pula aku bisa menjauhi minuman keras.Ternyata Huswatun mempunyai misi khusus menyuruhku menonton YKS.Di acara YKS selain acaranya membuat semua orang tertawa juga menyimpan suatu nasehat dalam sebuah lagu yang sering dinyanyikan sambil berjoget oleh para pemain YKS,lagu itu berjudul OPLOSAN,lirik lagunya sangat membuatku bergetar.

*****
Kudorong kursi roda Huswatun menuju Stasiun Surabaya,kami akan menuju Jakarta.Ya sudah beberapa minggu ini Huswatun selalu mengatakan ingin pergi ke Jakarta menonton secara live acara YKS.

Kami mengobrol banyak hal didalam kereta,obrolan mengenang masa lalu menjadi salah satu topik pembicaraan kami.

“Syad,aku uda tau kalo kamu itu sangat kecanduan alkohol dari kita masih remaja.Aku pernah ngeliat kamu di terminal membeli minuman keras.Awalnya aku cuman penasaran kamu kemana aja kalo pulang sekolah gak pernah langsung pulang ke panti.Aku membuntuti dan melihat kamu membeli minuman keras bersama anak-anak pasar yang usianya jauh diatas kita waktu itu.Aku janji pada diriku sendiri suatu saat harus membantumu lepas dari pengaruh jelek itu.Aku juga tidak berani bilang ke penjaga panti,karena takut kamu akan dikeluarin dari panti” Huswatun mengungkapkan cerita yang selama ini tidak aku ketahui.

“Iya kak,sekarang aku sudah total berubah.Aku gak akan lagi kembali kedunia negatif itu”

Huswatun terlihat mengeluarkan kertas dan sebuah pulpen dari tas kecilnya,”Syad aku ingin menuliskan sesuatu tentang masa depan nanti,sebuah harapan jika aku bisa menentukan masa depanku sendiri hehe”.

Kertas yang tertulis itu ia lipat dengan rapi dan diberikannya kepadaku, “Tolong simpan ya Syad.Bacanya saat kita tidak lagi bersama,janji ya”

Malam semakin larut,kereta berjalan melintas berbagai lukisan bumi dari balik jendela.Huswatun tertidur dikursi kereta sebelahku.Wajahnya tersenyum meski ia sedang tertidur,tanpa sengaja kepalanya bersandar dipundakku.Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan bahagia ini.

“Penonton Oplosan yuk....” teriak Cesar dari panggung YKS.Musik dan joget penonton yang dikomandoi Cesar hentak membuat suasana menjadi semakin ramai menciptakan hiruk pikuk kegembiraan.Kami telah berada didepan panggung YKS,menyaksikan sesuatu yang dulu hanya bisa disaksikan dari balik layar.Hari itu kami coba meminta foto bareng para pemain YKS namun tidak berhasil.Huswatun tidak memakai kursi roda saat menonton YKS,karena dia tidak mau menjadi pusat perhatian orang-orang yang melihatnya,akulah yang menuntunnya jalan perlahan-lahan di gedung Trans tv.
*****
Hari ini telah 2 minggu kepergian Huswatun ke Tuhan,beberapa minggu yang lalu juga Tim YKS membuat roadshow di Surabaya,sayang sekali kami tidak bisa menontonnya karena Huswatun dalam keadaan kritis waktu itu.

Aku mengenangnya dalam sebuah cerita ini agar menjadi sesuatu kenangan yang bisa kubaca selain kenangan yang tersimpan dihati.Huswatun pergi kesisi Tuhan yang mahakuasa,mungkin kepergian adalah jalan terbaik untuknya,karena sungguh sakit yang dia derita sangat menyakitkan bagi tubuhnya.Setelah kepergiannya, aku sekarang bekerja sebagai satpam di perusahaan IT tempat Huswatun dulu bekerja.

Aku membuka lipatan kertas yang kami janjikan akan dibuka ketika kami berpisah.

Tuhan.. Mungkin semua masa depan manusia telah ditentukan olehmu,namun jika aku diberi kesempatan menentukan masa depan,
1.aku ingin selalu bersama Irsyad dalam ridhomu Tuhan.

Sudah itu saja yang aku inginkan,terima kasih Tuhan.

Mataku tertutup secara perlahan membiarkan bulir-bulir air mata terjatuh setelah membaca lipatan surat Huswatun.Sungguh kau adalah hatiku Huswatun dan tidak akan kubagikan hatiku kewanita siapapun selamanya.

Selamat tinggal Sayang...

1 komentar:

  1. sumpah gue beneran nangis karena ni cerita, lipatan kertas yang bikin merinding..

    BalasHapus