Daun yang jatuh di tanah tidak terdengar suaranya ,seperti aku yang jatuh cinta kepadamu tanpa menyuarakannya @suparmaaan

Jumat, 21 Februari 2014

Sekejap saja Mama


Almanak telah berganti  berkali-kali aku masih saja bersedih jika mengingatmu lagi.
Aku ingin kembali ke balita disaat itu dirimu masih sering bercerita.
Hidupku setelah dirimu pergi,tak lagi rapi.
Aku ingin bercengkrama membahas cerita sedih dan tawaku di dunia.

Pada tiap-tiap senja aku sering menatap anak kecil yang digendong manja  mamanya.
Aku dulu juga seperti mereka bahagia dalam kasih sayang seorang mama.
Secuil saja kisah bersamamu dulu masih berseliweran dihati dan pikiran.
Cubitan petanda sayang masih terasa sakitnya meski hanya dalam fatamorgana kenangan.

Aku tersenyum sendiri saat teringat kebiasaanku dulu yang sering memijat kakimu,aku bertanya apakah surgaku sedang letih.
Jawabmu dulu hanya sebuah senyuman tanpa kerutan,bahkan kerutan itu tak sempat muncul walau segaris kecil.
Mama izinkan sekejap saja kau hadir dihadapanku lagi,malam ini aku sedang letih dengan kehidupan dunia yang tak mudah.
Ma dibumi kejahatan selalu punya banyak cara untuk mencapai keberhasilan,sedangkan kebaikan selalu punya sedikit pilihan jika ingin berhasil.

Mama pasti bahagia,karena dilangit perkara bahagia ditentukan amal ibadah.
Ma bisakah diskusikan takdirku dengan Tuhan disana.
Aku letih menjadi baik karena selalu menjadi korban kejahatan.
Ma aku merindumu,dekap aku dan perlihatkan senyummu sekejap saja.
Aku lelah menghadapai dunia tanpa nasehat mama yang menguatkan.

Ma setiap aku merindumu maka aku akan berbicara denganmu hanya melalui doa,karena doa adalah tempat curahan dan ungkapan rasa sayang terbaik.
Kuhelus wajahmu pada foto didompetku.
Tak terasa mataku mengeluarkan rintik.
Lalu aku memilih tidur dengan harap ada mimpi yang menjadi jalur perantara bertemu denganmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar