Daun yang jatuh di tanah tidak terdengar suaranya ,seperti aku yang jatuh cinta kepadamu tanpa menyuarakannya @suparmaaan

Rabu, 26 Februari 2014

Malaikat kecil


Sebuah pelajaran hidup tidak selalu hadir dari orang yang telah merasakan pahit manisnya kehidupan.Terkadang pelajaran hidup justru hadir dari orang yang belum terlalu mengerti arti kehidupan,namun ia memiliki ketulusan untuk menikmati hidupnya dari kasih sayang rencana Tuhan. 


Duniaku sudah berubah sejak peristiwa perceraian antara mama dan papa satu tahun yang lalu.Mama menceraikan papa karena papa selingkuh dengan perempuan lain, tapi setelah perceraian terjadi mama sudah memiliki pendamping hidupnya yaitu Om Dika. Mama memang belum menikah dengan Om Dika karena aku tidak menyetujuinya. Dahulu rumah ini selalu ada kebersamaan antara papa dan mama, canda dan tawa menghiasi rumah ini,namun saat ini rumahku bukan lagi istana yang selalu aku nantikan ketika aku pulang sekolah kini berubah menjadi neraka untukku. Papa masih sering main kerumah mama, tapi hanya untuk membujuk aku agar tinggal di rumah papa yang baru dan bersama dengan istri barunya. Papa ingin aku ikut dengannya tapi aku sama sekali tidak ingin tinggal bersamanya, dan aku jelas tidak ingin meninggalkan mama walaupun sikap mama sama seperti papa. Aku bahkan tidak semangat lagi untuk sekolah, rasanya ingin berhenti sekolah saja.

Aku berjalan menyusuri ruangan tamu rumah dengan wajah yang lemas tanpa semangat, tiba-tiba papa sudah ada di hadapanku “Jam segini sudah pulang??? Kamu gak sekolah ya?” tanya papa melihat ke arahku.

Aku tidak melihat kearah papa.“Kepala pusing” jawabku dengan cepat dan langsung meninggalkan papa.

Papa memanggil namaku dengan nada yang keras “BELA!!!.” Aku tersentak kaget dan langkahku berhenti seketika,lalu aku berdiri mematung tanpa kata. “Bagus ya kamu disekolahin mahal-mahal, sekarang bisanya cuma bolos. Papa tahu kamu bukan pusing,itu cuma kebohonganmu saja.Kamu sama persis seperti mamamu yang sering bohong.”  

Kemudian aku membalikan badan lalu menjawab pernyataan papa “Stop,kalian berdua sama saja,kalian gak pernah ngerti perasaan aku sekarang gimanaAku berlari keluar rumah.

 Aku berlari sekencang mungkin menghilangkan rasa kesalku, rintikan hujan turun dengan cepat seakan hanya dialah yang saat ini menemaniku. Aku berlari kearah bukit yang tinggi hanya disinilah tempat yang bisa menenangkan hatiku ketika kesal dan tidak tahu apa yang harus aku lakukan, aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Aku menangis sekencang mungkin dan berteriak “KENAPA SEMUANYA JADI BERUBAH KAYAK GINI!!!!!!” deras air mata membasahi pipiku. Aku merasa nyaman untuk berdiam diri di bukit sambil menghabiskan waktuku dengan menangis, bahkan sampai hujan yang sangat deras itu berhenti. “Tuhan, kenapa keluargaku berubah dan kenapa semuanya jadi berantakan seperti ini? Apa Engkau tidak sayang dengan keluargaku? Rencana apa lagi yang akan Engkau buat? Aku capek Tuhan! Aku capek!!!!” kataku sambil menatap ke langit. “Tuhan, aku capek untuk hidup di dunia ini. Aku gak kuat lagi untuk hidup lebih lama lagi. Aku capek Tuhan! AKU CAPEEEEK TUHAN!!!” kataku dengan berteriak dan menangis.

Lalu ada seseorang yang memegang pundakku, aku menoleh dan ternyata ada seorang gadis kecil kira-kira usianya 10 tahun berada di bukit ini. “Kakak, kenapa kakak menghakimi Tuhan? Apa salah Tuhan sama kakak? Bukankah Tuhan itu baik kak?” tanya gadis kecil ini. Sepertinya gadis kecil ini sudah ada sejak tadi, dan dia mendengarkan apa yang aku katakan kepada Tuhan.

Aku menghapus air mataku dan mengajak gadis kecil ini duduk di sampingku. “Hey adek, tadi kakak cuma belajar acting aja kok untuk drama besok di sekolah kakak. Kamu ngapain dek disini? Oh iya siapa namamu?” jawabku sambil berbohong kepada gadis kecil ini.

“Namaku Adel kak. Aku kesini cuma pengen lihat keindahan kota di puncak bukit ini Kak. Oh ya nama kakak siapa?” tanya Adel kepadaku.

“Aku Bella dek. Kamu sering ke sini dek?” tanyaku penasaran karena baru kali ini aku melihat seorang anak kecil datang ke tempat ini karena selama aku di puncak bukit ini tidak ada seorang pun yang tahu tempat ini.

“Adel baru kali ini Kak kesini, ternyata tempatnya enak ya kak?” kata gadis cilik ini sambil menghirup udara di atas puncak bukit.

 Aku melihat ke arah gadis kecil ini “Iya dek. Kamu kesini sendiri atau sama papa dan mama?” tanyaku kepada gadis kecil kira-kira berusia 10 tahun ini.

 “Aku sendirian kak. Papa dan Mama lagi kerja.”

 Aku mengangguk, rasanya seusia ini aku masih menikmati rasa kasih sayang yang diberikan oleh papa dan mama.

“Kakak, Tuhan itu tidak jahat, Dia selalu ada disamping kita, nemenin kita, dan  Tuhan gak pernah tidur. Kata Mama dan Papa, Tuhan selalu memberikan rencana kehidupan yang indah untuk kita semua.” Kata Adel tiba-tiba membuyarkan lamunanku.

 Aku mendengarkan apa yang diucapkan oleh Adel. Rasanya hatiku di sadarkan dengan pernyataan seperti yang diucapkan oleh gadis kecil ini.

“Hidup ini indah kak, Tuhan pasti memberikan sebuah masalah untuk kita bukan berarti Dia tidak sayang dengan kita, justru Tuhan sayang banget sama kakak. Percaya deh kak, semua masalah pasti bisa selesai kalau kita selalu sabar menghadapi itu semua.” Celoteh gadis kecil ini lagi. Aku hanya dapat mengelus rambutnya yang terurai indah dan memeluknya. “Terima kasih Adel” hanya kata-kata itu yang dapat aku ungkapkan dari semua nasihat yang diberikan Adel untukku. Adel seperti malaikat kecil untukku, Tuhan mengirimkan dia untuk menyadarkanku arti sebuah kehidupan di dunia ini.

 Hari sudah mulai petang, matahari pun mulai menghilang dari bayangannya aku mengajak Adel untuk pulang namun dia menolaknya, gadis kecil ini masih ingin disini lebih lama lagi karena dia senang dengan suasana seperti ini, tenang, nyaman, damai dan sejuk. Tapi aku tidak bisa membiarkan gadis kecil ini sendirian disini, aku menemaninya sampai dia mengajakku untuk pulang. Malam mulai menampakan kegelapan, dan aku takut akan gelap. “Kak…” panggil gadis ini kepadaku.

“Iya Adel?” tanyaku.

“Kakak takut gelap ya?” tanya gadis itu seakan dia dapat membaca pikiranku.

 “Iya dek, kakak takut sama gelap.” Jawabku jujur.

Adel menghela nafas “Kakak gak perlu takut sama gelap, karena di dalam kegelapan masih ada cahaya yang selalu bersinar untuk menerangi dunia ini. Kakak tahu apa itu?” aku menggeleng, kemudian Adel melanjutkannya “Cahaya yang bersinar itu adalah BINTANG” Adel menatap kelangit begitupun aku, aku merasakan indahnya malam hari ini bersama dengan Adel dan aku merasakan kedamaian bersamanya. “Kak kalau ada bintang jatuh biasanya  make a wish loh” aku kaget mendengar Adel berbicara ternyata dia percaya akan tradisi bintang jatuh.

“Iya dek, biasanya kayak gitu. Kamu suka ya kalau ada bintang jatuh?” tanyaku.

“Iya aku suka banget kak.” Kemudian aku menatap ke langit dan melihat indahnya bintang yang bertaburan sangat indah kemerlap cahaya bintang ini. “Kaaaaaa… Bintang jatuh ayo kita make a wish” kata Adel mengaggetkanku. Aku pun ikut make a wish.

“Tuhan ijinkan keluargaku utuh kembali seperti dulu. Canda dan tawa kami lalui bersama. Aku rindu dengan keluargaku yang dulu. Papa dan Mama yang aku sayangi biarlah mereka bersama-sama lagi” kataku dalam hati sambil menutup mata. Adel pun memanjatkan permohonannya tapi aku tidak tahu apa permohonannya. Aku membuka mata namun Adel masih menutup matanya, ketika gadis ini sudah membuka matanya aku mengajaknya untuk pulang karena sudah larut malam.

Sepanjang jalan aku bercerita dengan gadis kecil ini, dia sangat lucu dan dewasa untuk berpikir. Adel juga seperti malaikat kecil yang Tuhan kirimkan untukku disaat seperti ini. Sesampai dirumahnya, aku di sambut oleh kedua orangtuanya yang ramah sekali. Aku melihat pelukan hangat dan kecupan sayang dari orang tua Adel. ‘Tuhan aku rindu disaat-saat, seperti yang papa dan mama Adel lakukan ini, aku ingin di peluk dan di cium papa dan mama. Tapi semua itu udah gak bisa lagi sampai kapan pun gak bisa.kataku dalam hati dengan sedih.

“Mama, Papa, adel punya teman baru namanya Kak Bella” Adel memperkenalkan kepada orang tuanya.

Aku tersenyum dan membalas jabatan tangan dari Papa dan Mama Adel “Bella, Om Tante.”

“Makasih ya sayang udah mau antar Adel pulang” kata Mama Adel kepadaku

“Sama-sama Tante” kataku dengan senyuman tulus ‘Sebenarnya aku yang harusnya berterima kasih kepada Adel Tante, karena dia yang menyadarkan aku arti kehidupan’ kata-kata itu hanya dalam hati tak dapat aku ucapkan secara langsung karena aku tidak mau Mama dan Papa Adel bertanya tentang kehidupanku sesungguhnya.

“Bella rumahnya dimana? Ini udah malam biar di antar sama Pak Supir aja ya?” Kata Papa Adel bertanya rumahku.

“Terima kasih Om, aku biar jalan aja lagian deket kok dari sini tidak begitu jauh. Lagian udah biasa aku jalan malam hehehhehe” kataku dengan tertawa kecil.

“Kakak di anter Pak Supir aja kak?” kata Adel kepadaku

“Adel sayang, kakak bisa kok jalan sendiri hehe rumah kakak cuma beda satu komplek sama kamu.” Kataku sambil mengelus-elus rambut Adel.

“Kakak, kakak mau kan jadi kakakku. Adel gak punya kakak.” Kata Adel kepadaku.

“Tentu Adel sayang. Kamu juga udah kakak anggep jadi adik kakak sendiri. Kakak pulang dulu yaaa besok kita main lagi Ok?” kataku sambil tersenyum

“Ok Kak ” kata Adel sambil memeluk aku.

Aku merasakan pelukan hangat yang diberikan seorang gadis cilik ini, sangat erat seakan dia tidak ingin aku pergi meninggalkannya. Aku membalas pelukannya dan mencium kening Adel.

“Adel bobo ya sekarang udah malem, besok sore sepulang dari sekolah kakak janji main ke rumahmu deh.” kataku sambil memberikan jari kelingkingku tanda perjanjian.

“Janji ya kak, aku tunggu kakak disini.” Jari kelingking Adel melingkari jari kelingking aku, tanda perjanjian.

Selesai aku berpamitan, langkahanku mulai jauh meninggalkan Istana Keluaga Adel. Ada perasaan terharu dengan keberadaan keluarga Adel yang sangat harmonis. Tapi aku harus bisa merelakan kehidupanku sekarang, Adel-lah yang bisa merubahku seperti ini. Sesampai dirumah aku melihat Mama sudah tertidur pulas di kamarnya ‘Mama maafin aku udah kasar sama mama selama ini’ kataku dalam hati. Mungkin belum bisa aku ucapkan secara langsung, tapi aku mengatakan itu dari ketulusan hatiku.

Sebelum aku tidur, aku melihat bintang-bintang yang indah bertaburan di langit, dengan kemerlap-kemerlip cahaya bintang membuat bintang-bintang ini semakin indah. Aku memejamkan mata dan berdoa kepada Tuhan “Terima kasih Tuhan untuk hari ini, walaupun hari ini aku sedikit kesal dengan orang tua ku tapi ada seorang gadis kecil dia menemaniku seperti layaknya Malaikat, dia mengubah kehidupanku. Terima kasih Tuhan J doaku.
***

Sinar mentari pagi masuk kedalam celah-celah jendela kamarku dan membangunkan tidur malamku yang indah. Kicauan burung di pagi hari menyambut hari baru untuk hari ini dengan penuh sukacita burung-burung pun bernyanyi bersama dengan mengepakkan kedua sayapnya dan terbang bebas di udara. Kadang aku suka berpikir kapan aku bisa seperti burung-burung itu yang dapat terbang bebas kemana saja dan bisa pergi kemana saja yang aku mau. Tapi aku sadar, aku manusia dan bukan burung. Aku bersyukur dengan keadaanku sekarang ini, karena ini kehidupanku. Aku bersemangat kesekolah dan setelah pulang sekolah aku ingin kerumah Adel yang sekarang sudah menjadi adik angkatku.

Hari-hariku disekolah berjalan dengan lancar, dan aku hari ini tidak membolos lagi karena buatku tidak ada gunannya juga bolos sekolah hanya karena stress memikirkan keluargaku yang sedang tidak harmonis itu. Lebih baik memikirkan masa depanku dan aku bisa menggapai cita-citaku.

Aku berjalan menyusuri rumah Adel, dan aku melihat sebuah toko yang isinya mainan anak-anak. Aku masuk ke dalam toko itu dan mencari sebuah mainan yang cocok untuk Adel, setelah 15 menit di dalam toko itu akhirnya aku mendapatkan mainan yang sesuai dengan Adel yaitu Barbie dan semoga Adel suka dengan hadiah yang aku bawakan ini. Aku segera membayar ke kassir. Aku keluar dari toko itu penuh dengan senyuman karena aku ingin segera memberikan Barbie ini untuk Adel. Aku kembali berjalan, tiba-tiba aku meilhat Ice Cream Wall’s dan akhirnya aku berniat untuk membelikan Adel Ice Cream Wall’s ini untuknya. Kemudian aku kembali berjalan setelah membayar Ice Cream Wall’s tersebut. Langkahan kakiku sedikit aku percepat karena takut Ice Cream yang aku bawa untuk Adel mencair. Aku tersenyum sepanjang jalan, aku ingin melihat wajah gadis kecil ini yang sangat lucu dan menggemaskan. Aku sudah berada di depan rumah Adel, tapi entah kenapa rumah Adel saat ini sedang banyak tamu dan mengenakan pakaian hitam. Aku melihat di pagar rumah Adel ada bendera kuning. Tamu yang berdatangan menangis tersedu-sedu. ‘Ada apa ini?’ kataku dalam hati. Aku segera menerobos dari kerumunan tamu-tamu yang berdatangan di rumah Adel. Aku melihat Papa dan Mama Adel menangis tanpa henti. Aku mencari sosok Adel tapi gadis kecil itu tidak muncul dan batang hidungnya pun tidak kelihatan. ‘Dimana Adel? Mana adik angkatku?’ kataku dalam hati. Ada seseorang tertidur tanpa daya di ruang tamu ini dan sudah di tutupi oleh kain putih, aku membuka kain putih itu. Aku tidak menyangka, kaki dan tanganku rasanya tidak berdaya lagi saat ini. Sosok gadis cilik yang aku cari ternyata ada di depan aku tidak berdaya dan bernafas lagi. “ADEEEEEEEEEEEEEELLLLLLLLL KENAPA NINGGALIN KAKAK????” teriakku di depan jenazah Adel. “Kakak bawain Adel Boneka Barbie dan Ice Cream. Adel sukakan? Del banguuuun Adel, kitakan udah janji mau main bersama hari ini. Kakak udah gak bolos sekolah lagi, dan kita janji main kan Adel sepulang kakak dari sekolah. Adel bangun adel…Kakak sayang sama Adel.” tangisku tiada henti namun orang yang diajak bicara sudah tidak bernafas lagi.

Mama Adel memegang pundakku “Kak Bella” Aku memeluk Mama Adel dengan erat. Tangisku semakin menjadi.

Aku tidak menyangka dengan kenyataan seperti ini. “Tante, Adel kenapa tante? Kenapa Adel secepat ini ninggalin kita?” tanyaku tidak menyangka dengan berita ini.

“Kak, Adel sebenarnya sudah lama mengidap penyakit Leukimia dan sudah stadium akhir. Tante dan Om sudah berusaha memberikan pengobatan yang terbaik untuk Adel tapi penyakit itu lebih menang kak, kita gak bisa ngalahin penyakit itu.” jelas Mama Adel kepadaku.

Aku masih tidak menyangka dan aku berharap saat ini aku sedang bermimpi “Tante, tolong cubit aku. Aku mimpi kan Tan? Aku mimpi kan tan?” kataku sambil menyuruh Mama Adel menyubit tanganku, tapi semua ini kenyataan dan tidak ada yang bisa merubah kehendak Tuhan. ‘Kenapa Tuhan ngambil orang yang aku sayang disaat seperti ini? Aku masih ingin lebih lama lagi mengenali Adel. Aku ingin bermain dengannya Tuhan, apa aku engga boleh merasakan kebahagiaan sedikitpun untuk hari ini? Cobaan apa lagi yang akan Engkau berikan untukku? Aku capek Tuhan untuk menghadapi kehidupanku ini.kataku sambil menghakimi Tuhan untuk kedua kalinya.

“Kak, sebelum Adel menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya dia menitipkan ini untuk kakak.” Kata Mama Adel sambil memberikan amplop pink yang berisi surat. Aku membuka surat itu di depan jenazah Adel.

Dear Kak Bella,
Kak Bella yang Adel sayangi, Adel seneng banget bisa ketemu orang sebaik kakak yang mau mengantarkan Adel pulang kerumah walaupun sudah larut malam seperti kemarin. Adel juga seneng banget, kakak menganggap Adel sebagai adiknya kakak. Tapi maafin Adel kakak, Adel gak bisa nepatin janji Adel untuk bermain bersama dengan kakak. Adel tahu ketika kakak datang ke rumah, pasti kakak tidak menyangka kalau Adel sudah tidak ada lagi di dunia ini. Adel memang tidak ada di dunia ini, tapi Adel selalu ada di hati kakak dan selalu ada disamping kakak. Kakak, jangan menghakimi Tuhan ya? Karena Tuhan tidak salah. Ini semua adalah rencana Tuhan. Mungkin ini jalan terbaik yang Tuhan berikan untuk Adel. Kakak harus ikhlaskan kepergian Adel. Memang Adel sama Kakak baru kenal satu hari, tapi bagi Adel, Adel sudah kenal kakak lama sekali. Kakak, makasih ya udah mau nemenin Adel melihat bintang jatuh. Adel mau kasih tahu apa isi make a wish Adel kemarin itu kak, Adel cuma pengen Tuhan segera memberikan rencana terakhir untuk Adel, dan mungkin ini jawaban dari Tuhan kepada Adel. Adel seneng kak, karena tidak perlu minum obat, ke dokter dan kemoterapi lagi. Jadi kakak gak usah sedih lagi ya? Adel disini sudah bahagia bersama Tuhan yang selalu menjaga Adel. Semoga percakapan Adel sama Kakak di bukit itu memberikan kenangan terindah untuk kehidupan kakak dan Adel ya kak? Adel tidak akan pernah lupa kebaikan kakak dengan Adel. Adel sayang Kakak Bella.

Kak percayalah Tuhan sangat menyayangi kita,karena Tuhan maha penyayang.
Love sister,
Adel


‘Adelku sayang, Kakak juga sayang Adel. Makasih ya sudah memberikan banyak pelajaran kehidupan untuk kakak. Kamu seperti malaikat kecil untuk kakak. Mungkin sekarang Adel sudah tahu masalah yang sedang kakak hadapi. Adel adalah malaikat kecil yang memberikan pelajaran kehidupan untuk Kakak. Semoga Adel tenang di Surga ya, nama Adel selalu ada di hati kakak dan tidak akan pernah pupus. I Love You Adel’ Kataku dalam hati.

Seorang gadis kecil memberikan arti kehidupan, dia mampu memberikan senyuman dan motivasi untuk setiap orang walaupun dirinya sedang menderita. Dia tidak mengeluh akan penyakit yang di deritanya, sangat tegar dalam menghadapi kehidupannya. Mulai saat ini aku belajar dari seorang gadis kecil yang belajar arti kehidupan dengan ketegaran. Adel adalah Malaikat hidupku, yang selalu memberikan motivasi untuk diriku. Thank you My Guardian Angel.

 Regina krisna santi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar