Ada yang terang selain matahari ,kamu.
Ada yang gelap selain hitam,kehilanganmu.
Ada yang kejam selain pembunuhan,merindumu.
Ada yang punya jarak terjauh selain jutaan tahun cahaya,masa
lalu.
Aku bernapas diantara aromamu yang tertinggal.
Hidup bersama kegelisahan kehilangan kabarmu.
Langkahku tersesat di jalanan yang seharusnya kuhafal.
Tubuhku lunglai padahal aku sehat.
Tubuhku lunglai padahal aku sehat.
Pintu ruang
operasi telah didepan mataku,beberapa suster mendorong ranjang rumah sakit yang
sedang Ika tiduri,tangan Ika menggenggam erat tanganku.Disudut matanya
menyembul air mata yang perlahan bergelindingan di pipi lalu meresap di ranjang
pasien.
“Kamu
tidak akan apa-apa Ika,setelah operasi semua akan baik-baik saja” ujarku.
“Aaa..ku
hanya takut tidak bisa bersamamu lagi” ucapnya terbata-bata.
Para
suster yang memakai baju serba hijau membuka pintu ruang operasi lalu memasukan
Ika kesana,langkahku terhenti di depan pintu.Dokter yang menyusul masuk ruang
operasi menepuk bahuku memintaku berdoa semoga semuanya akan baik-baik saja.
******
“Biaya operasi untuk mengangkat kanker,penyembuhan,perawatan,
hingga semuanya tuntas diperkirakan bisa mencapai ratusan juta pak,” kata
dokter berwajah bulat itu dengan mimik serius.
Aku sadar bahwa mendapatkan uang ratusan juta tidak akan
mudah,aku tidak mempunyai apa-apa,hal yang paling berharga dalam hidupku adala
Ika “Itu semua bisa dicicil dok?”
“Semua itu bisa diselesaikan bertahap,tapi ada baiknya bapak
mempersiapkan semua biayanya mulai dari sekarang agar tidak menyulitkan proses
di kemudian hari”
“Baiklah dok” setelah mengucapkan kalimat itu aku keluar dari
ruangan dokter dengan tubuh yang lemas,dari mana aku bisa mencari uang sebanyak
itu.
*******
“Ger,lo gak akan bisa mendapatkan uang sebanyak itu hanya dengan hitungan
hari,minggu,bulan,bahkan bertahun-tahun pun lo gak akan bisa mendapatkan uang
itu tanpa keajaiban” Kalimat itu seakan menamparku,memberitahu jika ini adalah
ketidakmungkinan yang berharap keajaiban agar menjadi mungkin.
“
Terus gue mesti gimana? Gue gak mau Ika terus-terusan sakit,gue pengen Ika
sembuh...” Aku mencengkram kerah baju Rian, teman yang cukup akrab denganku
sejak SMA.
Rian
terdiam sejenak, “Sabar Ger... Sekarang lo ikut gue,gue punya temen yang
mungkin bisa bantu lo” Rian merangkul pundakku coba menenangkan.
“Baik,kapan
kita bertemu teman lo itu”
“Sore
ini kita ke apartemennya”
******
“Masuk,kalian
sudah di tunggu bos” ucap salah satu pengawal yang menjaga lift pintu masuk
menuju kamar apartemen seseorang yang
mereka sebut dengan bos.Dua orang pengawal ikut masuk untuk mengawasi kami.
Untuk
masuk ke apartemen itu,aku dan Rian harus melewati penjagaan yang ketat.Dia
memiliki lift khusus untuk menuju kamar apartemennya.Semua barang yang
mempunyai peluang untuk menyakiti bos mereka akan disita,semua tubuh kami
diperiksa dengan alat detektor.Aku rasa penjagaan bos ini melebihi penjagaan presiden.
“Rian,ini
pekerjaan apa? Kenapa seperti ini?” bisikku ke telingga Rian ketika lift masih
menuju lantai 24.Bisikanku keras ,dengan mudah terdengar pengawal-pengawal
itu.Para pengawal menampilkan wajah datar tanpa ekspresi apapun.
“Sstt,,,.Liat
saja nanti” Rian menempelkan telunjuknya didepan bibir menyuruhku untuk diam.
Aku
masih belum merasa tenang.Suasana hatiku masih gelisah dengan pertanyaan apakah
ada harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan ratusan juta secara
kilat.
Lift
berhenti di lantai 24,kami disambut beberapa penjaga berpakaian hitam.Mereka
memegang senjata api.Kami kembali diperiksa,agar mereka yakin bahwa kami
benar-benar aman untuk mengahadap bos.
Kami
diantar ke sebuah ruangan yang mewah .Semua isi ruangan sangat terlihat
berkelas .Ruangan ini seperti ruangan rumah Tony Stark dalm film Iron
man,sungguh terlihat modern .Saat kami masih asik melemparkan pandangan
keseluruh penjuru ruangan,seorang pria berusia sekitar 40 tahun muncul dari
balik salah satu pintu.
“Selamat
datang di kediamanku”Pria itu memberi senyum hangat keakraban,sambil
merentangkan kedua tangannya.
“Bos
ini orangnya,dia yang saya ceritakan ditelpon tadi” Rian merespon kalimat
pembuka pria itu.
Pria
itu menjulurkan tangannya didepanku “saya Richard.Anda pasti Geri ?” katanya
memperkenalkan diri dengan logat bule yang masih kentara.
Tangan
kami saling bersambut”Iya benar saya Geri ,apa pekerjaan saya pak? Saya sagat
membutuhkannya.Dan penghasilannya apakah bisa membiayai rumah sakit dengan
penyakit kanker?“ Tanpa berbasa basi aku mengungkapkan semua
keinginanku,pikirku untuk apa berlama-lama disini jika hanya sebuah harapan
yang aku dapatkan,aku butuh realita.
Rian
menginjak kakiku “Jangan gitu Ger “
Tiba-tiba
pria itu tertawa ,gelak tawanya menggema ke seisi ruangan “Tidak apa-apa ,,saya
menyukai pria ini.Gery semua yang anda butuhkan akan kami penuhi,bahkan sebelum
pekerjaan ini anda kerjakan,kami siap melunasi biaya rumah sakit teman mu”
“Anda
tahu tentang keperluaanku?”
“Yaa
saya tahu semuanya,.Ini cek 500 juta segera cairkan besok dan lunasi biaya
rumah sakit”
“Lalu
pekerjaan saya apa?”
“Besok
sore anda ke pulau Riau,bawa mobil box dari sana menuju jakarta”
“Itu
saja “ Nada suaraku seolah tidak peduli tentang pekerjaan apa itu.Aku hanya
mencemaskan apakah ini semua benar,aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu
dengan gampang.
“Yaa
benar.Gampang bukan?”
Aku
dan Rian beranjak pergi dari apartemen itu.Tersirat bahagia menglingkupi
perasaanku,akhirnya Ika bisa dengan tenang melakukan pengobatannya hingga
sembuh.
*****
Layar
ECG berdetak dengan pelan,Ika belum sadar.
”Aku
pergi dulu Ika,doakan semua yang kulakukan berjalan lancar” Aku
menangis.Kutempelkan pipiku di punggung tangannya.Memeluk Ika yang masih
terbaring dan terpejam ,aku mencium keningnya. Saat akan beranjak pergi,keluar
bulir airmata dari sudut mata Ika,air mata itu seperti petanda menyuruhku
jangan pergi,tapi aku tetap pergi meski meneteskan air mata selama berjalan
menuju mobil jemputan,aku berulang kali mengusap air mata ini..
******
Aku
mengendarai mobil ,mengikuti petunjuk yang diberikan.Mobil ini aku kendari dari
pelabuhan Batam menuju tempat-tempat yang telah ditentukan.Sebelum sampai Di
Jakarta aku harus berhenti di beberapa kota untuk menurunkan barang.Saat
menurunkan barang di Jambi aku hanya tau barang-barang yang diturunkan itu
kardus indomie,aku tidak mau tau terlalu jauh karena tugasku hanya mengantar
ini semua hingga selesai.
Pekerjaan
ini cukup melelahkan ,namun penghasilannya diluar nalar,aku sempat
memikirkannya namun pikiran itu mengering di otakku,menguap lenyap entah
kemana.
Berhari-hari aku melakukan perjalanan hingga akhirnya
perjalanan terakhirku berhenti di Jakarta daerah pluit.Tengah malam beberapa
orang telah menyambutku,mereka segera menurunkan barang dari box mobil.
“Lu sangat beruntung Bro bisa sampai disini dengan selamat
tanpa hambatan apapun” salah seorang yang sedang mengangkat barang dari mobil
menyapaku.
“YA. Tidak ada kendala apa-apa kecuali capek,” jawabku datar.
*****
Ini
hari ke enam pasca Ika operasi untuk kedua kalinya.Ika sudah sadar.Matanya
sudah terbuka meski mulutnya belum mampu berbicara.Matamu menampilkan keharuan
yang bercampur bahagia.Pada matamu aku merasakan keteduhan ,ini kamu sebab
bahagiaku.Aku membelai rambutmu,kamu tersenyum pelan tipis.Aku mencium keningmu
yang hangat,kecupan yang cukup lama tanda sebuah perpisahan,tetesan infus
mengalir keselang menuju nadimu lalu siap menyebar keseluruh tubuh.
Aungan
suara sirene mobil polisi terdengar di dalam kamar ruangan rawat Ika.Aku
segera memeluk Ika dengan erat,lalu melepaskan pelukan tersebut dengan berat
hati .Kaki ini melangkah perlahan pergi menuju lantai dasar,aku disambut
puluhan polisi berseregam dengan membawa senjata lengkap .Aku mengangkat kedua
tangan berjalan menuju mereka.Tiba-tiba beberapa polisi mendekat dan
menelungkupkanku ke tanah,tangan ini di borgol kebelakang ,punggungku di injak
oleh salah satu kaki polisi .Aku diseret masuk kedalam mobil semua muka ditutup
dengan kain hitam... dan senyap............
“Kau
menjadi tersangka utama dalam kasus sabu-sabu yang berhasil kami temukan di
Jakarta seberat 80kilo..” brukk.... sebuah pukulan melayang ke arah wajahku
.Aku di introgasi dalam ruangan gelap yang hanya diterangi oleh satu lampu.
“sabu
apa?.. gue gak ngerti”
“Jangan
pura-pura tidak tahu.Pengakuan tersangka yang kami tangkap sebelumnya
menyebutkan kau yang mengantar ke mereka
dari Riau.Kau jaringan Internasional”
Aku
terus berbicra mengajukan pembelaan “Saya hanya mengantar barang itu,saya hanya
disuruh.Saya diantar Rian teman saya”
Bruk....
sebuah tendangan mendarat diperutku.Aku tidak bisa apa-apa ,tanganku dibrogol
kebelakang membuat tubuhku yang terjatuh tidak bisa bangkit dari lantai.Mereka
menyeretku duduk kembali ke bangku dengan kasarnya.
“Kau
tersangka utama.Biar nanti pengadilan yang menyiapkan tuntutanmu” setelah
ucapan itu beberapa orang pergi keluar.Dan sisanya membawaku keruang tahanan .
Sat
itu aku sadar jika aku di peralat menjadi kurir narkoba,pantas saja bayaran
yang aku terima sangat besar.Mereka yang disebut dengan bos pasti dengan
gampang nya mencuci tangan melimpahkan semua kesalahan kepadaku.
Delapan tahun kemudian...
Aku
di vonis hukuman mati ,Sudah berapa kali aku mengajukan grasi dengan
menuliskan cerita yang sesungguhnya
terjadi,sebuah tulisan tanpa aturan seperti ini,tulisan yang banyak kata AKU,.Semua tidak pernah dijawab oleh presiden
bahkan mungkin dia tidak membaca nya,mungkin saja berkasku hanya terongok
dimeja.Presiden ke tujuh menjadi harapanku untuk meminta grasi.Tapi semua sirna
karena pernyataan dia mengatakan tidak akan ada ampun untuk tahanan
narkoba,mereka diluar sana tidak tau betapa ada faktor menyebabkan kami
begini,bahkan diantara kami hanya merupakan alat dari mereka yang benar-benar
berkecimpung dalam dunia narkoba . 6 tahanan narkoba yang di vonis mati telah di
eksekusi ,kami tahanan lainnya masih berdebar tunggu,setelah ini mungkin saja
di jadwal terdekat aku yang akan menerima eksekusi.
Tidak
ada kesempatan untuk kami hidup setelah kesalahan kami.Kami tau mungkin
kesalahan kami sangat besar tidak layak untuk diberi ampunan.Tapi Tuhan saja
maha pengampun.
“Geri,kamu
keruangan ada yang menghubungimu” ucap sipir penjara membuka ruang tahananku.
“Aku
berada didepan sipir,ia mengawasiku dengan ketat menuju ruang sambungan
telepon.
“Halo” sapaku
“Ini
mas Geri” jawab seorang wanita dari balik layar telepon.
“Iya
ini..inii Ika”
“Mas
yang sabar ,Tuhan sayang Mas.Mungkin kesalahan di dunia tidak diampunkan oleh
hukum dunia,tapi hukum akherat adalah hukum yang seadil adilnya dan Tuhan tentu
maha pengampun”
“Iya..”Aku
menangis dari balik telpon tak kuasa mendengar suara itu .Setelah bertahun-tahun
berlalu akhirnya aku bisa mendengar suara Ika.Yaa setelah ditangkap kepolisian
aku menghilang begitu saja dari kehidupan Ika,Dan beberapa hari yang lalu salah
seorang pihak LSM mendatangi dan menyuruhku
memberi sebuah permintaan ke mereka sebelum eksekusi.Aku hanya meminta untuk bisa mendengar suara Ika dan mereka mengabulkannya.
“Mas..
aku tidak bisa lama-lama .Anakku sudah mau pulang sekolah .Aku mau jemput dia dulu”
“Ika,
maaf dulu aku menghilang” setelah kalimat itu aku menutup telepon.
Aku
mencintainya tulus tidak butuh apa-apa asal dia bahagia.
Tidak
salah mungkin dengan adanya hukuman mati bagi terdakwa narkoba..Tapi alangkah
lebih bijaknya sebuah negara jika menghargai hak untuk hidup,meski katanya kami
pantas untuk mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar