Dirimu laksana surgaku.....
Di Tengah malam yang sepi hanya suara
detak jarum jam dinding kamarku menjadi
teman suara hati. Kulipatkan sajadah seusai melakukan tahajud dan mendoakanmu.Mukena
putih dari mas kawin kita kukenakan setiap akan Solat dan membaca Alquran.Aku
membuka setengah tirai jendela kamar untuk melihat keadaan di luar.Langit gelap
bertaburan bintang-bintang seperti gula pasir yang berserakkan di atas kain hitam
menjadi pelengkap sepinya malam.
Kakiku terhuyung ketika duduk
dipinggir tempat tidur yang persis berada disebelah jendela kamar.Tak sedetik
pun aku mengalihkan pandangan mata dari suasana di luar,daun-daun dan ranting
bergoyang lembut dari pepohonan yang terbingkai jendela.Bulan membentuk wajahmu
lengkap dengan senyum terindah, setelah kau pergi aku sering berimajinasi jika
kau duduk disampingku menemani hari-hari yang kujalani.Aku mengatupkan bibir
rapat-rapat saat imajinasi senyummu berubah menjadi bayangan wajahmu yang pucat
menahan sakit menyeruak.Kurasakan pipiku basah,bahkan tak kusadari kapan aku
memulai tangisan malam ini.Ingatan memutar kembali kisah kita....
*****
Kita berkenalan lewat organisasi
Islam di kampus.Aku seorang wanita berhijab menutupi seluruh tubuh dengan
pakaian yang longgar tak ketat menunjukan lekuk tubuh.Hijab dan pakaianku hanya
menyisakan telapak tangan dan wajahku yang tidak tertutup,telapak kaki selalu
memakai kaos kaki saat akan beraktifitas apapun jika ada non muhrim.
Namamu Muhamad Wahyu,kami biasa
memanggilmu Mas Wahyu .Kau adalah senior kampus tiga tahun di atasku,seorang
mahasiswa teladan dari Fakultas kedokteran di Universitas kita.Mahasiswa yang
pintar dan hafiz Alquran.Ciri khasmu memakai baju koko dan kemeja lengan pendek
ataupun panjang,celana dasar menjuntai hingga diatas mata kaki.Bibirmu yang
berhias kumis tipis selalu melengkung senyum kepada siapapun,mengurai tutur
kata lembut sopan namun tetap berwibawa sebagai ketua Organisasi Islam di
kampus.Wajahmu seperti bersinar karena sering berwudhu dan puasa Senin-kamis
,kantin bukan menjadi tempat favorit,bagimu Mesjid adalah tempat favorit.
Siang itu,semua Mahasiswa/i anggota
organisasi Islam kampus berkumpul di Mesjid yang bersampingan dengan danau dan
rektorat.Seperti biasa setiap senin pukul 11.00 kau menyuruh kami berkumpul
menyetor hafalan Alquran kami.Kau tidak pernah mempunyai sifat mengurui kami ,justru kau
membimbing kami menjadi penghafal Alquran dengan menggunakan bahasa yang lugas dan bersahabat.
“Menghafal Alquran sangat mudah
seperti kita menghafal Al-Fateha.Niatkan dari hati,berkomitmen dengan diri
sendiri. Dan sungguh, telah kami mudahkan Alquran untuk
peringatan, maka adakah orang yang tidak mau mengambil pelajaran, surat Al-Qamar ayat 17.
dalam ayat
tersebut disebutkan bahwa sesungguhnya tidak ada yang sulit untuk mengingat dan
menghafal Alquran, asalkan ada kemauan keras untuk melakukannya. Ayat itu
diulang-ulang dalam surat Al-Qamar. Artinya, Allah ingin menegaskan
bahwa Alquran itu mudah dihafal,ada baiknya kita juga belajar bahasa
Arab agar semakin lengkaplah hafalan yang kita jalani.Lalu, biasanya seorang
penghafal Alquran akan mempunyai cantolan dalam menghafal Alquran, yaitu ayat yang menjadi pengingat hafalan” tuturmu
pelan lugas dan mudah dipahami,sehingga membuat kami semakin semangat untuk
menghafal Alquran,aku yang duduk di balik sekat pembatas kaum pria dan kaum wanita merasakan ada sesuatu
yang bergetar dalam hati .
Selama di kampus aku sering
melihatmu hanya berada di tiga tempat selain di gedung Fakultas, Mesjid
kampus,perpustakaan,dan ruang kesehatan.Ruang kesehatan sering kau singgahi
dengan alasan kau sering sakit perut,sekilas ku mendengar percakapanmu dengan
temanmu.
Tidak terasa waktu itu telah dua
tahun aku menjalani rutinitas sebagai anggota organisasi Islam kampus,kau sudah
jarang di kampus karena koas ,namun kau tetap saja rutin datang setiap senin
melihat junior-juniormu.Aku telah hafal 23 juz,kau tersenyum saat menanyakan
bagaimana hafalanku.Itulah senyuman pertamamu yang tertuju padaku.
*****
Semua terjadi begitu saja,dan aku
pun bahagia.
“Cintai aku karena Allah” jawabku
tentang ungkapan isi hatimu yang ingin melamarku.Kau mengangguk kecil setelah
mengungkapkan perasaanmu.Kita sama-sama saling tersenyum setelah itu.Kau
berjanji akan membawa orang tuamu melamarku.
Orang tuamu berbincang dengan
orang tuaku,mereka sepakat untuk melangsungkan pernikahan 6 bulan kemudian
setelah pertemuan hari itu.Kuliahku pun tetap akan kuteruskan meski kita telah
menikah nanti.Sungguh aku bahagia dengan takdir yang Allah SWT berikan
kepadaku.
*****
Beberapa hari setelah pertemuan
orang tua kita,aku mendapat kabar jika kau pingsan seusai solat Ashar,kau langsung
dibawa ke rumah sakit .Aku berlari-lari kecil menyusuri lorong rumah sakit
menuju kamar tempat dirimu dirawat .Kau terbaring dengan infus di pergelangan
tangan dan selang oksigen yang tertempel di hidung.Lampu yang tergantung diatas
kamar rumah sakit sangat terang,monitor ECG detak jantung berbunyi pelan dengan lampu hijaunya yang berkedap kedip,layar ECG menunjukan
gambar garis gelombang detak jantung lemah.Aku dan keluargamu menunggumu
diluar,matamu terpejam namun tetap tersenyum.
Sudah tiga hari setelah pertama
kali kau masuk rumah sakit,dokter akan memberikan kesimpulan hasil pemeriksaan
penyakitmu.Di dalam ruangan dokter ada orang tuamu dan aku calon istrimu “Ini
hasil rontgen nya,Wahyu menderita kanker usus besar stadium III. Kanker usus
besar disebut sebagai kanker kolorektal,dapat menyerang dan merusak jaringan
sekitar usus dan organ lain. Sel-sel kanker juga dapat melepaskan diri dan tersebar
ke bagian lain dari tubuh seperti hati dan paru-paru membentuk tumor baru.Kanker
ditubuh Wahyu sudah menyebar ke kelenjar getah bening tetapi belum menyebar ke
bagian tubuh lainnya.Biasanya kanker ini terjadi pada usia diatas 30an,dan bisa
juga terjadi karena faktor genetik penderita polip usus atau riwayat keluarga ada yang menderita
polip usus,pernah menderita sakit radang usus,faktor makanan, penderita
penyakit Crohn atau kolitis ulseratif”
Kami semua yang berada di dalam
ruangan dokter mendadak terdiam mendengar penjelasan itu.Ibumu menangis
tersedu-sedu,ayahmu terlihat lebih tegar.Jantungku berdebar kencang mendengar
perkataan dokter, mataku secara perlahan juga mengeluarkan air mata yang menghasilkan dua sungai di pipi beraroma kecemasan.
“Pengobatannya bagaimana dok?,” tanya Ayahmu.
“Ada lima cara pengobatannya.
Operasi,radioterapi,kemoterapi,imonoterapi,pengobatan cina.Untuk anak bapak kami akan memilih kemoterapi.Kemungkinan sembuhnya besar,in sya Allah semuanya baik-baik saja” Dokter mengedarkan pandangannya ke arah kami satu persatu.
Operasi,radioterapi,kemoterapi,imonoterapi,pengobatan cina.Untuk anak bapak kami akan memilih kemoterapi.Kemungkinan sembuhnya besar,in sya Allah semuanya baik-baik saja” Dokter mengedarkan pandangannya ke arah kami satu persatu.
Setelah mendengar penjelasan
dokter tentang penyakitmu,kami langsung menuju kamar perawatan.Kami ingin memberitahumu
tentang penyakit yang sedang memeluk tubuhmu itu.Terlihat kau terbaring di ranjang
dengan mata yang tertutup,tanganmu memegang tasbih, mulutmu mengucap zikir.
“Mas..“ Ibu memanggilmu.Secara
perlahan matamu terbuka.Semua tentang penyakitmu kami sampaikan dengan jelas
dan disertai semangat bahwa kau akan segera sembuh dengan melakukan
pengobatan.Awalnya memang berat untuk menyampaikan ini semua,dan aku yang diamanahkan
menyampaikan penjelasan semua ini sangat takut semakin membuatmu terpuruk.Hal
yang tak terduga muncul,kau justru tersenyum merespon semua penjelasanku
tentang penyakit yang kau derita.
*****
Selama kau dirawat aku sering
menjenggukmu,kau tetap melaksanakan solat lima waktu dengan bertayamum dan
meminta arah ranjang tidurmu menghadap ke arah kiblat.Meski bibirmu pucat dan pecah-pecah
terkadang berdarah kau tetap tersenyum.Sakit yang tiba-tiba menyerangmu justru
kau redakan dengan hanya berzikir.
Ibu bercerita tentang dirimu
semasa kecil,kau bukan lulusan pesantren namun keinginanmu untuk menghafal
Alquran telah kau realisasikan dengan cara belajar di Mesjid yang memiliki Imam
seorang Hafiz Alquran .Waktu itu kau rela berjalan kaki 12 kilometer untuk
mencapai mesjid itu,padahal usiamu belum genap sepuluh tahun.Meski orang tuamu
hanya pedagang bakso keliling,hal itu tidak menyurutkan kerja kerasmu untuk
mengapai cita-cita menjadi seorang dokter.Bagimu menjadi dokter adalah caramu
untuk mengubah kehidupan keluargamu,kau ingin menjamin kesehatan
keluargamu.Kesehatan adalah hal termahal di dunia. perjuanganku untuk bisa kuliah
di kedokteran terasa sangat kecil jika dibandingkan dengan perjuanganmu,itu karena
aku berasal dari keluarga yang cukup mampu.Selama masa kuliah kau mengajar
ngaji anak-anak jalanan secara sukarela,kau juga kerja di tempat bimbingan
belajar yang ternama,dan terkadang saat malam hari ketika sedang tidak
mengajar kau berjualan bakso di area mesjid agar lebih mudah melaksanakan
ibadah .Biaya kuliahmu ditanggung sepenuhnya oleh beasiswa yang berhasil kau dapatkan.Ibumu
juga menyebutkan jika kau sangat sulit makan sayur dan sangat menyukai lemak
daging sapi.
Aku juga menceritakan kepada ibumu
tentang aktifitasmu selama di kampus,aku menyebutkan jika kau adalah pemberi
semangat kami.Pernah suatu kali ada posko untuk menjadi relawan di Suriah,kau
adalah orang pertama yang mendaftarkan diri,kau pergi ke Suriah selama satu
bulan kurang lebih.Setelah kembali,kau menceritakan pengalamanmu disana.Kau menangis,itulah
pertama kali Mas wahyu menjatuhkan air matanya didepan kami.Ia sedih akan nasib
saudara-saudari sesama muslim yang harus mengalami perang saudara akibat adu
domba barat.Pada Ibumu aku juga menceritakan tentang seorang teman wanita di kampus yang
sangat menyukaimu Mas wahyu,dia berusaha mendekatimu dengan berbagai cara.Aku juga
menceritakan diriku yang beberapa kali dinyatakan cinta oleh pria.Aku dan Ibumu
saling bercerita,sesekali kedua orang tuaku juga menjenggukmu.
Tanggal pernikahan kita
dipercepat sesuai permintaanmu dan aku menyetujuinya, masa saat di rumah sakit
adalah masa Ta’aruf bagi kita.Untuk mengisi waktu kosong kau sering
menggambar,kau mengambar sketsa wajahku di kertas HVS,aku tidak bisa menyusutkan kegembiraan ketika kau menunjukan sketsa wajahku,kepala menunduk tersipu mengucapkan kalimat terima kasih secara kaku setelah
menerima sketsa itu. Hanya beberapa hari lagi kita akan menikah,meski kau masih
terbaring dan belum mampu banyak bicara.Aku sangat bahagia mas menjadi
istrimu.Tubuhmu terlihat kurus,.lingkaran hitam melingkar di matamu.
*****
“Saya terima nikahnya Kartika
binti Suharto dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai” Kau
mengucapakan ijab kabul dengan semangat meski kata-kata yang terucap sangat
pelan karena tubuhmu semakin lemah.Kau mencium keningku diantara keluarga kita yang
menyaksikan ijab kabul di mesjid rumah sakit hari jumat seusai solat jumat.Pandangan
mata kita yang dulu sebelum menikah tidak pernah bertemu mulai berani menemukan
satu sama lain.Kau yang duduk dikursi roda kembali didorong menuju kamar rumah
sakit.Hari itu resmi aku menjadi istrimu,istri yang akan menemani mu sampai
kapanpun itu. “Kau adalah bidadariku dek” bisikmu lembut.
“Dek..Aku akan menjadi Imam yang
baik buatmu,semoga kita akan terus bahagia” Itulah janjimu sebelum Magrib
berkumandang.Kau meminta Izin untuk solat berjamaah denganku .Kupakaikan baju
muslim dan ku ambilkan air untukmu berwudhu,meski tanganmu sulit untuk bergerak
kau tetap berusaha wudhu.Kau kembali mencium keningku sebelum melaksanakan
wudhu. Di kamar rumah sakit hanya ada kita berdua untuk pertama kalinya.Semua
keluarga melaksanakan solat di mesjid.
“Mas aku mencintaimu”
“Aku juga mencintaimu dek,setelah
solat ini tenanglah hatiku telah menjadi Imam untuk pertama kalinya sebagai
suamimu.Nanti jika sudah siap,maukah kau bercadar agar menjagamu untuk kita di akherat
”
“Iya mas,in sya Allah”
Tahiyat akhir telah selesai,Kau duduk di kursi roda dengan posisi kepala menunduk ,aku langsung menyium punggung telapak
tangan kananmu , tak kulepaskan hingga aku menangis .Air mataku jatuh menguyur
telapakmu mengelinding hingga jatuh merembes di ujung bajumu.Saatku mendongakkan kepala meredakan tangis Aku melihat kau tidak
bergerak mas.Dokter,suster , dan keluarga yang mendapatkan kabar itu segera
masuk kekamar perawatan.Dokter memeriksa matamu dengan lampu senter kecil.Sambil memasang
stetoskop,dokter kemudian memeriksa denyut nadi dan melihat jam di pergelangan
tangannya.
Kepala dokter ditundukan.“Waktu meninggalnya 18.32” dokter memberitahu suster disebelahnya.
Kepala dokter ditundukan.“Waktu meninggalnya 18.32” dokter memberitahu suster disebelahnya.
Kau pergi mas untuk
selama-lamanya.Selamat jalan...
Laksana
surgaku......
Puisi terindahku
adalah Namamu.
Aku
tidaklah setakwa Aisyah,tidaklah semulia Khadijah.Aku hanya wanita ujung jaman
kehidupan yang berusaha menjadi solehah membangun rumah tangga sakinah bersama
Imamku
Imamku
tak setampan Yusuf,tak setaqwa Ibrahim,dan tak semulia Muhamad.Imamku hanya
lelaki ujung jaman kehidupan yang berusaha menjadi soleh membangun rumah tangga
sakinah yang mencintai ma’mumnya karena Allah.
Sering,tak
kuasa ku menangis menyadari jika Imamku telah pergi mendahuluiku meunuju
alam penantian akhir jaman.
Kau
telah pergi ,meski imajinasiku selalu berharap jika kau akan kembali.
Aku
tak mengenalmu lebih jauh.Namun senyummu
adalah gambaran tentangmu,meski senyum itu tidak akan pernah kulihat lagi
secara nyata.
Niatku
mencintaimu sebagai peyempurna imanku kepada Allah SWT.
Kau
adalah Imamku..
Setelah
kau pergi mungkinkah aku mampu melangkah menjelajahi perjalanan
kehidupan,pasrahku mengatakan aku harus tetap mengarungi.Raguku seringkali
mengusik aku tidak akan mampu.
Aku
hanya tulang,yang tercipta dari hilangnya tulang rusukmu.Mampukah aku berdiri
menjalani hidup jika tidak ada pundak tempat untuk kepalaku bersandar menempatkan
curahan cinta kepadamu sang tubuh yang merelakan tulangnya untuk terciptanya
diriku.
Kau
telah mencintaiku karena Allah dan kau laksana surgaku.
Selamat
jalan Mas Wahyu.In sya Allah surga menjadi ruang temu kita.
terharu banget kakak....nangis nih.. :(
BalasHapusBikinin novelnya kak
Anjir bisa banget
BalasHapus