Daun yang jatuh di tanah tidak terdengar suaranya ,seperti aku yang jatuh cinta kepadamu tanpa menyuarakannya @suparmaaan

Minggu, 16 Maret 2014

Laksana surgaku



Dirimu laksana surgaku.....

Di Tengah malam yang sepi hanya suara detak jarum jam dinding  kamarku menjadi teman suara hati. Kulipatkan sajadah seusai melakukan tahajud dan mendoakanmu.Mukena putih dari mas kawin kita kukenakan setiap akan Solat dan membaca Alquran.Aku membuka setengah tirai jendela kamar untuk melihat keadaan di luar.Langit gelap bertaburan bintang-bintang seperti gula pasir yang berserakkan di atas kain hitam menjadi pelengkap sepinya malam.

Kakiku terhuyung ketika duduk dipinggir tempat tidur yang persis berada disebelah jendela kamar.Tak sedetik pun aku mengalihkan pandangan mata dari suasana di luar,daun-daun dan ranting bergoyang lembut dari pepohonan yang terbingkai jendela.Bulan membentuk wajahmu lengkap dengan senyum terindah, setelah kau pergi aku sering berimajinasi jika kau duduk disampingku menemani hari-hari yang kujalani.Aku mengatupkan bibir rapat-rapat saat imajinasi senyummu berubah menjadi bayangan wajahmu yang pucat menahan sakit menyeruak.Kurasakan pipiku basah,bahkan tak kusadari kapan aku memulai tangisan malam ini.Ingatan memutar kembali kisah kita....

*****

Kita berkenalan lewat organisasi Islam di kampus.Aku seorang wanita berhijab menutupi seluruh tubuh dengan pakaian yang longgar tak ketat menunjukan lekuk tubuh.Hijab dan pakaianku hanya menyisakan telapak tangan dan wajahku yang tidak tertutup,telapak kaki selalu memakai kaos kaki saat akan beraktifitas apapun jika ada non muhrim.

Namamu Muhamad Wahyu,kami biasa memanggilmu Mas Wahyu .Kau adalah senior kampus tiga tahun di atasku,seorang mahasiswa teladan dari Fakultas kedokteran di Universitas kita.Mahasiswa yang pintar dan hafiz Alquran.Ciri khasmu memakai baju koko dan kemeja lengan pendek ataupun panjang,celana dasar menjuntai hingga diatas mata kaki.Bibirmu yang berhias kumis tipis selalu melengkung senyum kepada siapapun,mengurai tutur kata lembut sopan namun tetap berwibawa sebagai ketua Organisasi Islam di kampus.Wajahmu seperti bersinar karena sering berwudhu dan puasa Senin-kamis ,kantin bukan menjadi tempat favorit,bagimu Mesjid adalah tempat favorit.

Siang itu,semua Mahasiswa/i anggota organisasi Islam kampus berkumpul di Mesjid yang bersampingan dengan danau dan rektorat.Seperti biasa setiap senin pukul 11.00 kau menyuruh kami berkumpul menyetor hafalan Alquran kami.Kau tidak pernah mempunyai sifat mengurui kami ,justru kau membimbing kami menjadi penghafal Alquran dengan menggunakan bahasa yang lugas dan bersahabat.

“Menghafal Alquran sangat mudah seperti kita menghafal Al-Fateha.Niatkan dari hati,berkomitmen dengan diri sendiri. Dan sungguh, telah kami mudahkan Alquran untuk peringatan, maka adakah orang yang tidak mau mengambil pelajaran, surat Al-Qamar ayat 17. dalam ayat tersebut disebutkan bahwa sesungguhnya tidak ada yang sulit untuk mengingat dan menghafal Alquran, asalkan ada kemauan keras untuk melakukannya. Ayat itu diulang-ulang dalam surat Al-Qamar. Artinya, Allah ingin menegaskan bahwa Alquran itu mudah dihafal,ada baiknya kita juga belajar bahasa Arab agar semakin lengkaplah hafalan yang kita jalani.Lalu, biasanya seorang penghafal Alquran akan mempunyai cantolan dalam menghafal Alquran, yaitu  ayat yang menjadi pengingat hafalan” tuturmu pelan lugas dan mudah dipahami,sehingga membuat kami semakin semangat untuk menghafal Alquran,aku yang duduk di balik sekat pembatas kaum  pria dan kaum wanita merasakan ada sesuatu yang bergetar dalam hati .

Selama di kampus aku sering melihatmu hanya berada di tiga tempat selain di gedung Fakultas, Mesjid kampus,perpustakaan,dan ruang kesehatan.Ruang kesehatan sering kau singgahi dengan alasan kau sering sakit perut,sekilas ku mendengar percakapanmu dengan temanmu.

Tidak terasa waktu itu telah dua tahun aku menjalani rutinitas sebagai anggota organisasi Islam kampus,kau sudah jarang di kampus karena koas ,namun kau tetap saja rutin datang setiap senin melihat junior-juniormu.Aku telah hafal 23 juz,kau tersenyum saat menanyakan bagaimana hafalanku.Itulah senyuman pertamamu yang tertuju padaku.

*****

Semua terjadi begitu saja,dan aku pun bahagia.

“Cintai aku karena Allah” jawabku tentang ungkapan isi hatimu yang ingin melamarku.Kau mengangguk kecil setelah mengungkapkan perasaanmu.Kita sama-sama saling tersenyum setelah itu.Kau berjanji akan membawa orang tuamu melamarku.

Orang tuamu berbincang dengan orang tuaku,mereka sepakat untuk melangsungkan pernikahan 6 bulan kemudian setelah pertemuan hari itu.Kuliahku pun tetap akan kuteruskan meski kita telah menikah nanti.Sungguh aku bahagia dengan takdir yang Allah SWT berikan kepadaku.

*****

Beberapa hari setelah pertemuan orang tua kita,aku mendapat kabar jika kau pingsan seusai solat Ashar,kau langsung dibawa ke rumah sakit .Aku berlari-lari kecil menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar tempat dirimu dirawat .Kau terbaring dengan infus di pergelangan tangan dan selang oksigen yang tertempel di hidung.Lampu yang tergantung diatas kamar rumah sakit sangat terang,monitor ECG detak jantung berbunyi pelan dengan lampu  hijaunya yang berkedap kedip,layar ECG menunjukan gambar garis gelombang detak jantung lemah.Aku dan keluargamu menunggumu diluar,matamu terpejam namun tetap tersenyum.

Sudah tiga hari setelah pertama kali kau masuk rumah sakit,dokter akan memberikan kesimpulan hasil pemeriksaan penyakitmu.Di dalam ruangan dokter ada orang tuamu dan aku calon istrimu “Ini hasil rontgen nya,Wahyu menderita kanker usus besar  stadium III. Kanker usus besar disebut sebagai kanker kolorektal,dapat menyerang dan merusak jaringan sekitar usus dan organ lain. Sel-sel kanker juga dapat melepaskan diri dan tersebar ke bagian lain dari tubuh seperti hati dan paru-paru membentuk tumor baru.Kanker ditubuh Wahyu sudah menyebar ke kelenjar getah bening tetapi belum menyebar ke bagian tubuh lainnya.Biasanya kanker ini terjadi pada usia diatas 30an,dan bisa juga terjadi karena faktor genetik penderita polip usus atau riwayat keluarga ada yang menderita polip usus,pernah menderita sakit radang usus,faktor makanan, penderita penyakit Crohn atau kolitis ulseratif”

Kami semua yang berada di dalam ruangan dokter mendadak terdiam mendengar penjelasan itu.Ibumu menangis tersedu-sedu,ayahmu terlihat lebih tegar.Jantungku berdebar kencang mendengar perkataan dokter, mataku secara perlahan juga mengeluarkan air mata yang menghasilkan dua sungai di pipi beraroma kecemasan.

 “Pengobatannya bagaimana dok?,” tanya Ayahmu.

“Ada lima cara pengobatannya.
Operasi,radioterapi,kemoterapi,imonoterapi,pengobatan cina.Untuk anak bapak kami akan memilih kemoterapi.Kemungkinan sembuhnya besar,in sya Allah semuanya baik-baik saja” Dokter mengedarkan pandangannya ke arah kami satu persatu.

Setelah mendengar penjelasan dokter tentang penyakitmu,kami langsung menuju kamar perawatan.Kami ingin memberitahumu tentang penyakit yang sedang memeluk tubuhmu itu.Terlihat kau terbaring di ranjang dengan mata yang tertutup,tanganmu memegang tasbih, mulutmu mengucap zikir.

“Mas..“ Ibu memanggilmu.Secara perlahan matamu terbuka.Semua tentang penyakitmu kami sampaikan dengan jelas dan disertai semangat bahwa kau akan segera sembuh dengan melakukan pengobatan.Awalnya memang berat untuk menyampaikan ini semua,dan aku yang diamanahkan menyampaikan penjelasan semua ini sangat takut semakin membuatmu terpuruk.Hal yang tak terduga muncul,kau justru tersenyum merespon semua penjelasanku tentang penyakit yang kau derita.

*****

Selama kau dirawat aku sering menjenggukmu,kau tetap melaksanakan solat lima waktu dengan bertayamum dan meminta arah ranjang tidurmu menghadap ke arah kiblat.Meski bibirmu pucat dan pecah-pecah terkadang berdarah kau tetap tersenyum.Sakit yang tiba-tiba menyerangmu justru kau redakan dengan hanya berzikir.

Ibu bercerita tentang dirimu semasa kecil,kau bukan lulusan pesantren namun keinginanmu untuk menghafal Alquran telah kau realisasikan dengan cara belajar di Mesjid yang memiliki Imam seorang Hafiz Alquran .Waktu itu kau rela berjalan kaki 12 kilometer untuk mencapai mesjid itu,padahal usiamu belum genap sepuluh tahun.Meski orang tuamu hanya pedagang bakso keliling,hal itu tidak menyurutkan kerja kerasmu untuk mengapai cita-cita menjadi seorang dokter.Bagimu menjadi dokter adalah caramu untuk mengubah kehidupan keluargamu,kau ingin menjamin kesehatan keluargamu.Kesehatan adalah hal termahal di dunia. perjuanganku untuk bisa kuliah di kedokteran terasa sangat kecil jika dibandingkan dengan perjuanganmu,itu karena aku berasal dari keluarga yang cukup mampu.Selama masa kuliah kau mengajar ngaji anak-anak jalanan secara sukarela,kau juga kerja di tempat bimbingan belajar yang ternama,dan terkadang saat malam hari ketika sedang tidak mengajar kau berjualan bakso di area mesjid agar lebih mudah melaksanakan ibadah .Biaya kuliahmu ditanggung sepenuhnya oleh beasiswa yang berhasil kau dapatkan.Ibumu juga menyebutkan jika kau sangat sulit makan sayur dan sangat menyukai lemak daging sapi.

Aku juga menceritakan kepada ibumu tentang aktifitasmu selama di kampus,aku menyebutkan jika kau adalah pemberi semangat kami.Pernah suatu kali ada posko untuk menjadi relawan di Suriah,kau adalah orang pertama yang mendaftarkan diri,kau pergi ke Suriah selama satu bulan kurang lebih.Setelah kembali,kau menceritakan pengalamanmu disana.Kau menangis,itulah pertama kali Mas wahyu menjatuhkan air matanya didepan kami.Ia sedih akan nasib saudara-saudari sesama muslim yang harus mengalami perang saudara akibat adu domba barat.Pada Ibumu aku juga menceritakan tentang seorang teman wanita di kampus yang sangat menyukaimu Mas wahyu,dia berusaha mendekatimu dengan berbagai cara.Aku juga menceritakan diriku yang beberapa kali dinyatakan cinta oleh pria.Aku dan Ibumu saling bercerita,sesekali kedua orang tuaku juga menjenggukmu.

Tanggal pernikahan kita dipercepat sesuai permintaanmu dan aku menyetujuinya, masa saat di rumah sakit adalah masa Ta’aruf bagi kita.Untuk mengisi waktu kosong kau sering menggambar,kau mengambar sketsa wajahku di kertas HVS,aku tidak bisa menyusutkan kegembiraan ketika kau menunjukan sketsa wajahku,kepala menunduk tersipu mengucapkan kalimat terima kasih secara kaku setelah menerima sketsa itu. Hanya beberapa hari lagi kita akan menikah,meski kau masih terbaring dan belum mampu banyak bicara.Aku sangat bahagia mas menjadi istrimu.Tubuhmu terlihat kurus,.lingkaran hitam melingkar  di matamu.

*****

“Saya terima nikahnya Kartika binti Suharto dengan mas kawin seperangkat alat solat dibayar tunai” Kau mengucapakan ijab kabul dengan semangat meski kata-kata yang terucap sangat pelan karena tubuhmu semakin lemah.Kau mencium keningku diantara keluarga kita yang menyaksikan ijab kabul di mesjid rumah sakit hari jumat seusai solat jumat.Pandangan mata kita yang dulu sebelum menikah tidak pernah bertemu mulai berani menemukan satu sama lain.Kau yang duduk dikursi roda kembali didorong menuju kamar rumah sakit.Hari itu resmi aku menjadi istrimu,istri yang akan menemani mu sampai kapanpun itu. “Kau adalah bidadariku dek” bisikmu lembut.

“Dek..Aku akan menjadi Imam yang baik buatmu,semoga kita akan terus bahagia” Itulah janjimu sebelum Magrib berkumandang.Kau meminta Izin untuk solat berjamaah denganku .Kupakaikan baju muslim dan ku ambilkan air untukmu berwudhu,meski tanganmu sulit untuk bergerak kau tetap berusaha wudhu.Kau kembali mencium keningku sebelum melaksanakan wudhu. Di kamar rumah sakit hanya ada kita berdua untuk pertama kalinya.Semua keluarga melaksanakan solat di mesjid.

“Mas aku mencintaimu”

“Aku juga mencintaimu dek,setelah solat ini tenanglah hatiku telah menjadi Imam untuk pertama kalinya sebagai suamimu.Nanti jika sudah siap,maukah kau bercadar agar menjagamu untuk kita di akherat ”

“Iya mas,in sya Allah”

Tahiyat akhir telah selesai,Kau duduk di kursi roda dengan posisi kepala menunduk ,aku langsung menyium punggung telapak tangan kananmu , tak kulepaskan hingga aku menangis .Air mataku jatuh menguyur telapakmu  mengelinding hingga jatuh merembes di ujung bajumu.Saatku mendongakkan kepala meredakan tangis Aku melihat kau tidak bergerak mas.Dokter,suster , dan keluarga yang mendapatkan kabar itu segera masuk kekamar perawatan.Dokter memeriksa matamu dengan lampu senter kecil.Sambil memasang stetoskop,dokter kemudian memeriksa denyut nadi dan melihat jam di pergelangan tangannya.

Kepala dokter ditundukan.“Waktu meninggalnya 18.32” dokter memberitahu suster disebelahnya.

Kau pergi mas untuk selama-lamanya.Selamat jalan...



Laksana surgaku......
Puisi  terindahku  adalah  Namamu.

Aku tidaklah setakwa Aisyah,tidaklah semulia Khadijah.Aku hanya wanita ujung jaman kehidupan yang berusaha menjadi solehah membangun rumah tangga sakinah bersama Imamku

Imamku tak setampan Yusuf,tak setaqwa Ibrahim,dan tak semulia Muhamad.Imamku hanya lelaki ujung jaman kehidupan yang berusaha menjadi soleh membangun rumah tangga sakinah yang mencintai ma’mumnya karena Allah.

Sering,tak kuasa ku menangis menyadari jika Imamku telah pergi mendahuluiku meunuju alam  penantian akhir jaman.

Kau telah pergi ,meski imajinasiku selalu berharap jika kau akan kembali.
Aku tak mengenalmu lebih jauh.Namun  senyummu adalah gambaran tentangmu,meski senyum itu tidak akan pernah kulihat lagi secara nyata.

Niatku mencintaimu sebagai peyempurna imanku kepada Allah SWT.

Kau adalah Imamku..
Setelah kau pergi mungkinkah aku mampu melangkah menjelajahi perjalanan kehidupan,pasrahku mengatakan aku harus tetap mengarungi.Raguku seringkali mengusik aku tidak akan mampu.

Aku hanya tulang,yang tercipta dari hilangnya tulang rusukmu.Mampukah aku berdiri menjalani hidup jika tidak ada pundak tempat untuk kepalaku bersandar menempatkan curahan cinta kepadamu sang tubuh yang merelakan tulangnya untuk terciptanya diriku.
Kau telah mencintaiku karena Allah dan kau laksana surgaku.

Selamat jalan Mas Wahyu.In sya Allah surga menjadi ruang temu kita.

2 komentar: