Daun yang jatuh di tanah tidak terdengar suaranya ,seperti aku yang jatuh cinta kepadamu tanpa menyuarakannya @suparmaaan

Minggu, 28 September 2014

Manusia Harimau




Masih ada yang tersisa darimu,bahkan semuanya masih utuh tak terkubur waktu

Meskipun masih kokoh berdiri ,rumah itu sudah tidak layak menjadi tempat tinggal.Atap gentengnya sudah tidak lengkap,di beberapa bagian dindingnya bolong dengan lapisan semen yang sudah banyak  mengelupas.Dinding–dinding rumah masih menampakan sisa-sisa warna cat putih meski telah bercampur dengan warna kotor dan lumut yang menempel.Wanita yang bernama Ika itu masih berdiri sambil menghembuskan napas pendek,matanya terpaku menatap rumah yang pernah ia tempati empat puluh tahun yang lalu.Dulu rumah itu dikelilingi oleh hutan yang masih asri sekarang hanya berdiri sendiri sedangkan rumah-rumah lain yang dulu berdiri disekitar rumah ini telah rata dengan tanah karena akan dijadikan gudang alat berat untuk areal pertambangan batu bara di bukit yang tak jauh dari rumah itu.Senja telah berpijak dilangit,lalu lintas burung-burung yang terbang  pulang kesarangnya menjadi penghias senja.Ika masih saja terpaku dengan sudut mata yang berlinang ,air mata itu belum mengalir di pipinya yang telah tergores keriput-keriput halus,samar-samar paras muda wanita tua ini masih terlihat ,tentunya sangat cantik.

sampai kapanpun aku akan tetap mempertahankan rumah ini berdiri  isi hati Ika bersuara.Memori otaknya mengulang kembali kisahnya di rumah itu.

******
Aku......

Kebangkrutan orang tua dalam  perdagangan tekstil membuat keluargaku hancur.Ayahku meninggal,sedangkan semua harta yang tersisa telah digunakan untuk membayar hutang-hutangnya.Aku dan Ibu pindah ke sebuah desa yang rata-rata masyarakatnya bekerja sebagai petani dan mendapatkan penghasilan tambahan saat musim durian.Ibu dan aku pindah ke desa itu karena disana terdapat satu-satunya peninggalan ayah berupa rumah kecil yang pernah ia beli.Ibu membuka warung untuk mencukupi kehidupan kami.

“Ika kau lihat bukit itu?” Dion berkata pelan sambil menunjuk bukit dibelakang rumahku.Dion anak kepala desa,usia nya sekitar 23 tahun,sedangkan usiaku 21 tahun.Setiap hari Dion selalu mampir ke warung ibu,ia selalu saja mendekatiku .Kata Ibu, Dion menyukaiku padahal aku biasa saja menyikapi Dion saat berkunjung ke warung.

Aku menoleh kearah bukit yang ditunjuk Dion “Yaa aku lihat,memangnya kenapa dengan bukit itu?”

“Dibukit itu ada seekor harimau putih jadi-jadian,terkadang harimau putih itu turun kedesa.Beberapa kali warga disini coba menangkapnya namun belum berhasil.Ternak-ternak sering hilang tak bersisa sedikit pun”.

“Aku tidak percaya” celetukku didepannya,lalu aku masuk ke rumah tidak mempedulikan ucapan Dion.

Senja telah luntur berganti malam yang kelam.Desa ini begitu sepi ketika malam datang,meski malam sedang ceria menampikan bulan dan bintang-bintang yang terang.Aku membenamkan wajah dibantal sambil menangis,jika malam sepi seperti ini aku sering sekali menangis mengingat masa laluku.Aku harus berhenti kuliah dan terdampar di desa yang sepi seperti ini.Tiba-tiba telingaku mendengar gemerisik dari luar jendela.Kubuka tirai dan sedikit mengintip ke luar,tidak ada apapun.Aku kembali ke kasur,tapi kemudian terdengar langkah kaki menyisiri rumput.Aku bangkit dari tempat tidur dan langsung menuju kamar Ibu.

“Bu..Bangun,sepertinya ada sesuatu diluar”Ibu tetap memejamkan mata,tidak meresponku.

Aku memberanikan diri keluar rumah sambil memegang kayu balok,pelan-pelan berjalan di perkarangan mencari sumber suara.Napasku terengah-engah,jantung berdebar kencang,dan kaki gemetar hebat.Aku melihat siluet tubuh seseorang yang mondar-mandir dibalik pohon bambu yang lebat.sekujur tubuhku merinding,mulutku terkunci rapat meski ingin teriak sekencang mungkin.Siluet itu medekatiku,semakin dekat hingga hanya berjarak satu meter didepanku.Aku mengayunkan balok kayu ke arahnya,namun ia berhasil mengelak.Siluet itu semakin jelas terlihat.

Ia seorang laki-laki dengan paras muka kira-kira berusia hampir sama denganku.Rambutnya berantakan,seperti tidak pernah menyentuh shampo.Pakaian yang digunakanya  sangat usang dan banyak robek dimana-mana.Wajahnya kotor dan banyak luka lecet.Laki-laki ini merangkak mendekatiku dengan canggung ,ia tidak terlihat jahat,namun lebih terlihat seperti kelaparan.Laki-laki itu memandang tempat sampah dibelakangku.Melihat wajahnya yang sendu,aku segera berlari kedapur dan mengambil nasi dan ikan goreng sisa masakan sore tadi.Kulemparkan piring berisi nasi dan ikan goreng kehadapannya.Dengan cepat,laki-laki itu menyambar dan melahapnya.

“kau sangat kelaparan,” Aku tersenyum melihat cara makannya yang tidak menggunakan tangan,ia makan seperti anjing.Hanya beberapa detik nasi dipiring habis,aku segera mengambil nasi lagi dan memberi kan padanya.dia makan dengan lahapnya.

Setelah kejadian itu ,setiap malam aku sering menghabiskan malam bersama laki-laki itu, diatas rumput gajah kami menatap bulan,ia hanya diam ketika aku bercerita seolah mengerti tapi aku tau dia sama sekali tidak mengerti bahasaku,aku bahagia menghabiskan waktu bersamanya.Wanita itu terkadang hanya butuh didengar kan curahan hatinya ,dan karena itulah aku nyaman bersamanya .ia tidak bisa bicara dan tidak mempunyai nama lalu aku memberi nama dia Rizal.Aku memberikannya baju ayah yang masih tersimpan dengan rapi dilemari,aku juga membasuh rambutnya dengan shampo dan air,Wajahnya ternyata sangat tampan.

Berbaring diatas rumput menatap bulan bersama Rizal.” Kau lihat rizal,bulan itu sangat indah bukan” Rizal hanya termanggu menatap lamat-lamat bulan.Aku rasa ia tidak begitu mengerti apa yang kukatakan.”Ini aku punya ayam goreng,kau mau rizal”Aku keluarkan ayam goreng dari kotak bekal.Seketika Rizal  langsung menyambar ayam itu ,punggung tanganku berdarah tergores gigi tajam Rizal.

‘Kau jangan langsung menyambar Rizal,kau harus pelan-pelan mengambilnya dan menggunakan tanganmu.Nah ini ayamnya lagi,gunakan tanganmu” Aku mengajari Rizal cara makan yang normal. ”Baiklah mulai besok malam kau akan kuajari berbicara dan membaca juga”

*****

“Kau tidak perlu merangkak Rizal,gunakan kakimu saja untuk bertumpu.Cepat kemari duduk disini” .Aku membawa kursi dan meja dapur ke halaman belakang rumah.

Rizal telah duduk dikursi,kutaruh buku didepannya “Nah ini huruf A,B,C.Coba sebutkan dengan mulutmu”

“….”

“Ayo rizal”

“A…”Rizal mengerjap-ngerjap mata  seakan tidak mengerti

Aku terus menerus memberinya pelajaran membaca dan menulis.Bukannya Memperhatikan buku,justru Rizal memperhatikanku dengan sorot yang berbinar sehingga membuatku sedikit malu.”Jangan menatapku seperti itu.Sekarang tulis huruf ini”

 Perhatian Rizal bukannya terpusat kembali pada pelajaran ,melainkan pada gelang tanganku.Ia memandangi gelang tangan sampai matanya benar-benar terpaku dan tak berkedip. Akhirnya aku segera memukul punggung Rizal untuk menghentikan lamunannya

“konsentrasi” tukasku.

Rizal hanya sebentar mengalihkan pandangannya ke wajahku,setelah itu ia kembali melihat kearah gelang tannganku

“Baiklah..baiklah ini buatmu,aku ada dua” aku mencopot gelang tangan dan memberikannya ke Rizal.

Malam begitu damai,bulan sempurna berbentuk bundar ,angin sangat lembut hilir mudik menghantam wajahku.Sungguh ini sangat damai sekali.

“Rizal kau tidak boleh menggunakan kekerasan apapun dan pada siapapun ,dunia ini terlalu indah untuk sebuah kekerasan .Kau harus  janji” ucapku sambil mengerakkan tangan memberikan berbagai gerak tubuh yang mendukung pernyataanku agar dapat dimengerti Rizal.

Hari-hari selanjutkan ssetiap malam aku akan terus mengajari Rizal hingga dia bisa berkata-kata dan membaca.

******
Sudut pandang ketiga

Malam di temani cahaya pucat bulan yang menerangi permukaan bumi.Udara dingin merayap pada permukaan kulit.Dion yang sangat hobi bermain judi di kota,malam itu pulang ke desa dengan kondisi terlilit hutang yang sangat banyak.Ia berpikir keras mencari uang untuk menutupi utangnya,ia sadar orang tuanya meski kaya tidak akan segampang itu mengeluarkan uang tanpa alasan yang jelas,maka ia merencanakan untuk mencuri ternak ayahnya sepertia biasa yang dia lakukan,namun kali ini sedikit lebih banyak.Ternak ayah Dion menyebar dikandang-kandang warga yang diminta untuk memelihara dengan sistim bagi hasil

Dion mengambil ternak bersama beberapa orang temannya malam itu,saat ia beraksi didekat rumah Ika,Rizal yang sedang ingin kembali kehutan melihat  Dion sedang memotong ternak untuk diambil dagingnya .Rizal memperhatikan dengan jelas aktifitas Dion dan teman-temannya.Karena takut ketahuan Warga,Dion segera memasukan potongan daging ternak kedalam karung lalu menyuruh beberapa temannya segera pergi.Agar dapat mengelabui warga yang  pasti akan heboh jika hewan ternak mereka hilang,Dion melempar sisa potongan daging ke arah Rizal.Rizal mendekati potongan daging ternak memperhatikannya lamat-lamat  lalu memegangnya,seketika Dion segera berteriak MALING….Semua warga spontan keluar dan berkumpul melihat Rizal memegang daging.Dion berpura-pura terjatuh berspekulasi jiwanya terancam karena perbuatan Rizal.Tanpa komando semua warga segera berkumpul memukul Rizal tanpa ampun.

“Dia siluman Harimau Putih,lihat dari gerakkanya sama sekali tidak seperti manusia,Jangan-jangan selama ini dia yang mengambil ternak kita” teriak Dion dengan lantang memprovokasi warga.

Warga memukul Rizal hingga berdarah,ia telungkupkan di tanah secara paksa dan menginjak punggung Rizal supaya tidak bergerak.Lalu mencengkram kedua tangan kebelakang,mengikat leher Rizal .Semua Tubuh Rizal berdarah.

Amarah Rizal bangkit,matanya berubah menjadi coklat.mengaum lantang mengisi rongga-rongga malam,sepasang alis Rizal menyatu,kuku-kukunya memanjang,kedua taring Rizal menyembul keluar dengan tajamnya,keluar bulu putih yang semakin lebat dari pori-pori  kulit Rizal.Ia berontak mencakar para warga yang ada didekatnya,mengigit siapapun yang bagi Rizal membahayakan dirinya.Rizal menjadi buas,warga yang tadi melingkari Rizal sekarang berlarian tak tentu arah.Ika yang semenjak keluar dari rumah langsung dipegang warga dengan mulut dibekap,setelah lepas dari genggaman warga perlahan mendekati Rizal mencoba meredakan kemarahan Rizal.

“Rizal,kau ingat kita tidak boleh menyakiti siapapun,Dunia ini terlalu indah untuk saling menyakiti” Ika menjulurkan tangannya dan disambut tangan Rizal dengan lembut.Ika segera mengelus kepala Rizal mencoba menenangkannya.Tubuh Rizal kembali berubah normal seperti manusia,matanya menatap Ika seolah ingin berkata bahwa mereka para warga terlebih dulu yang menyakitiku.Nafas kemarahan Rizal mulai mereda tidak penuh dengan emosi lagi.

Warga mulai tidak panik lagi,namun hal yang mengejutkan muncul .Doarrr..sebuah peluru dari senapan meluncur ke kaki Rizal,darah mengucur dengan deras,semua mata memandang ke arah penembak ternyata Dion yang baru saja menembak Rizal.

Ika berteriak histeris “Rizal..Rizal..”

“Tunggu apa lagi tangkap dia masukan ke kandang”ucap Dion mengkomandoi para warga

Semua warga lekas melempar jaring ke arah Rizal yang diam kesakitan dengan darah yngg terus mengalir.Mereka akan memasukkan Rizal ke dalam kerangkeng besi ,Ika hanya bisa berteriak,lalu ditarik oleh warga menjauh.Ika ditarik dengan paksa nyaris dipukul oleh ketua adat daerah itu.

Hoaaaaaa hoaaaa Rizal menarik nafas panjang memberontak ,ia merobek jarring yang menyelimuti tubuhnya .Rizal mencoba mendekati Ika yang ditarik ketua adat,saat tangan Rizal berhasil menggengam tangan Ika yang sedang menangis .saat itu salah satu dari warga memukul Rizal dengan kayu balok,Rizal menoleh dan merampas kayu itu lalu mematahkannya.

Rizal menggengam telapak tangan Ika “Ika..”ucap Rizal perlahan terbata.

Ika terkejut mendengarnya,ia segera melepaskan lengannya dari genggaman ketua adat lalu memeluk Rizal .Ika menangis tersedu-sedu

Ketika pelukkan itu masih berlangsung.Dion yang mengawasi mereka kembali menembakan peluru kearah  kaki Rizal.Doarrr…..”Siluman itu membahayakan… membahayakan”

Rizal terpejam setelah tertembak.Ika terus memeluk Rizal dengan sekuat tenaga.

******

Sehari berlalu,tiga hari berlalu.Ika tidak bisa menemui Rizal yang sudah diamankan warga,ia hanya bisa menitipkan makanan ke Rizal.Setiap malam Ika berharap Rizal menghampirnya, tapi hanya sekedar bayangan semu yang menghampri lka.

Ika harus pergi dari rumahnya ,banyak warga yang tidak menyukai dirinya,dan kebetulan Ibu Ika mendapat tawaran dari salah satu keluarga jauh mereka di Australia,keluarga mereka mengajak Ika dan Ibunya  pindah .Hari itu adalah hari dimana mereka harus pindah ,Ika merasa berat meninggalkan rumah yang menjadi kenangan barunya .HAti Ika masih terpaut dan tidak akan lepas dari Rizal.

“Sudahlah,kita harus pergi dari sini nak ,,disini suasananya tidak baik lagi bagi keluarga kita” ucap ibu Ika

Ika mengangkat tasnya sambil menghembuskan napas panjang,saat itu ia melihat sebuah cat berwarna putih bekas dulu ia ingin mengecat kamarnya agar bisa mirip dengan suasana kamarnya di kota, ia mengecat dinding kamarnya dengan  kalimat “aku pasti kembali,tunggulah” sebuah harapan suatu saat agar bisa dipertemukan kembali dengan Rizal.

*******
Empat puluh tahun kemudian

Ika yang matanya telah mulai Rabun masih terpaku menatap rumah itu sambil menghembuskan napas pendek,memorinya baru saja memutar kembali  masa lalu di rumah itu .Karena penasaran Ika segera  melangkah masuk ,pintu tidak terkunci ,menyeruak aroma pengap dari dalam rumah.Menurut warga ,rumah itu tidak berani di dekati karena sudah lama kosong dan berhantu,sering terdengar suara-suara aneh dari dalam rumah.

Malam mulai gelap,Ika segera menyalakan senter yang sengaja di bawahnya ,ia datang ke desa  bersama anaknya yang menunggu dipinggir jalan,dua ratus meter dari rumah tersebut.

Ika terkejut melihat isi dalam rumahnya sama sekali tidak berubah seperti empat puluh tahun yang lalu ketika ia meninggalkan rumah tersebut.Ia masuk keruang tengah,Ika juga ingin melihat tulisan yang pernah ia buat sewaktu muda dulu,dan betapa terkejutnya Ika ketika menyebak  gorden menuju kamarnya,ia melihat Rizal duduk disana memeluk lutut,Ika merasa seperti mimpi jantung lemahnya berdebar kencang.

Itu benar-bnear Rizal .Wajahnya masih sama seperti empat puluh tahun yang lalu.Tidak ada yang berubah dari dirinya .Rizal seperti awet muda sedangkan Ika sudah tua menjadi nenek-nenek.

“Rizal?” suara Ika  menggema .

Rizal menunjuk ke arah dinding yang tertempel tulisan Aku pasti kembali,tunggulah.

“Kau menungguku Rizal” suara Ika gemetar.

Rizal mengangguk kecil

Rizal juga menunjukan gelang tali yang dulu diberikan Ika kepadanya.Ika menangis karena sebuah tulisan itu membuat Rizal terus menunggunya melewati zaman.Sedangkan Ika selama di Australia telah hidup bahagia dengan mendapatkan suami yang ia cintai,anak-anak,dan cucu .

“Rizal kemarilah ,maafkan aku”

Rizal memeluk Ika “Ika Aku menunggumu” Rizal berbisik.

“LiHatlah sekarang aku sudah tua,keriputan,ubanan,sedangkan kau masih sama seperti dulu.”

Rizal menggeleng “Kau masih sama seperti dulu’

Ika tersenyum,sekarang Rizal sudah bisa berbicara bahkan membaca. Entah dari mana.

Ika memeluk Rizal sangat Erat,melepaskan Rindu yang menumpuk tersimpan pada satu tempat khusus dihatinya.Hingga akhirnya pelukan itu tidak dilepaskan Ika,matanya terpejam dan tidak terbuka lagi untuk selamanya.

Beberapa tahun setelah itu Rizal hidup di dunia mengikuti Zaman saat ini,kelanjutannya di mnc tv "Manusia Harimau"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar