Masih ada yang tersisa darimu,bahkan semuanya masih utuh tak
terkubur waktu
Meskipun masih kokoh berdiri
,rumah itu sudah tidak layak menjadi tempat tinggal.Atap gentengnya sudah tidak
lengkap,di beberapa bagian dindingnya bolong dengan lapisan semen yang sudah
banyak mengelupas.Dinding–dinding rumah
masih menampakan sisa-sisa warna cat putih meski telah bercampur dengan warna
kotor dan lumut yang menempel.Wanita yang bernama Ika itu masih berdiri sambil
menghembuskan napas pendek,matanya terpaku menatap rumah yang pernah ia tempati
empat puluh tahun yang lalu.Dulu rumah itu dikelilingi oleh hutan yang
masih asri sekarang hanya berdiri sendiri sedangkan rumah-rumah lain yang dulu
berdiri disekitar rumah ini telah rata dengan tanah karena akan dijadikan
gudang alat berat untuk areal pertambangan batu bara di bukit yang tak jauh
dari rumah itu.Senja telah berpijak dilangit,lalu lintas burung-burung yang
terbang pulang kesarangnya menjadi
penghias senja.Ika masih saja terpaku dengan sudut mata yang berlinang ,air
mata itu belum mengalir di pipinya yang telah tergores keriput-keriput
halus,samar-samar paras muda wanita tua ini masih terlihat ,tentunya sangat
cantik.
sampai kapanpun aku akan tetap mempertahankan rumah ini berdiri isi hati Ika bersuara.Memori otaknya mengulang
kembali kisahnya di rumah itu.
******
Aku......
Kebangkrutan orang tua dalam perdagangan tekstil membuat keluargaku
hancur.Ayahku meninggal,sedangkan semua harta yang tersisa telah digunakan untuk
membayar hutang-hutangnya.Aku dan Ibu pindah ke sebuah desa yang rata-rata
masyarakatnya bekerja sebagai petani dan mendapatkan penghasilan tambahan saat
musim durian.Ibu dan aku pindah ke desa itu karena disana terdapat satu-satunya
peninggalan ayah berupa rumah kecil yang pernah ia beli.Ibu membuka warung
untuk mencukupi kehidupan kami.
“Ika kau lihat bukit itu?” Dion
berkata pelan sambil menunjuk bukit dibelakang rumahku.Dion anak kepala
desa,usia nya sekitar 23 tahun,sedangkan usiaku 21 tahun.Setiap hari Dion
selalu mampir ke warung ibu,ia selalu saja mendekatiku .Kata Ibu, Dion
menyukaiku padahal aku biasa saja menyikapi Dion saat berkunjung ke warung.
Aku menoleh kearah bukit yang
ditunjuk Dion “Yaa aku lihat,memangnya kenapa dengan bukit itu?”
“Dibukit itu ada seekor harimau
putih jadi-jadian,terkadang harimau putih itu turun kedesa.Beberapa kali warga disini
coba menangkapnya namun belum berhasil.Ternak-ternak sering hilang tak bersisa
sedikit pun”.
“Aku tidak percaya” celetukku
didepannya,lalu aku masuk ke rumah tidak mempedulikan ucapan Dion.
Senja telah luntur berganti malam
yang kelam.Desa ini begitu sepi ketika malam datang,meski malam sedang ceria
menampikan bulan dan bintang-bintang yang terang.Aku membenamkan wajah dibantal
sambil menangis,jika malam sepi seperti ini aku sering sekali menangis
mengingat masa laluku.Aku harus berhenti kuliah dan terdampar di desa yang sepi
seperti ini.Tiba-tiba telingaku mendengar gemerisik dari luar jendela.Kubuka
tirai dan sedikit mengintip ke luar,tidak ada apapun.Aku kembali ke kasur,tapi
kemudian terdengar langkah kaki menyisiri rumput.Aku bangkit dari tempat tidur
dan langsung menuju kamar Ibu.
“Bu..Bangun,sepertinya ada sesuatu
diluar”Ibu tetap memejamkan mata,tidak meresponku.
Aku memberanikan diri keluar
rumah sambil memegang kayu balok,pelan-pelan berjalan di perkarangan mencari
sumber suara.Napasku terengah-engah,jantung berdebar kencang,dan kaki gemetar
hebat.Aku melihat siluet tubuh seseorang yang mondar-mandir dibalik pohon bambu
yang lebat.sekujur tubuhku merinding,mulutku terkunci rapat meski ingin teriak
sekencang mungkin.Siluet itu medekatiku,semakin dekat hingga hanya berjarak
satu meter didepanku.Aku mengayunkan balok kayu ke arahnya,namun ia berhasil
mengelak.Siluet itu semakin jelas terlihat.
Ia seorang laki-laki dengan paras
muka kira-kira berusia hampir sama denganku.Rambutnya berantakan,seperti tidak
pernah menyentuh shampo.Pakaian yang digunakanya sangat usang dan banyak robek
dimana-mana.Wajahnya kotor dan banyak luka lecet.Laki-laki ini merangkak
mendekatiku dengan canggung ,ia tidak terlihat jahat,namun lebih terlihat
seperti kelaparan.Laki-laki itu memandang tempat sampah dibelakangku.Melihat
wajahnya yang sendu,aku segera berlari kedapur dan mengambil nasi dan ikan
goreng sisa masakan sore tadi.Kulemparkan piring berisi nasi dan ikan goreng
kehadapannya.Dengan cepat,laki-laki itu menyambar dan melahapnya.
“kau sangat kelaparan,” Aku
tersenyum melihat cara makannya yang tidak menggunakan tangan,ia makan seperti
anjing.Hanya beberapa detik nasi dipiring habis,aku segera mengambil nasi lagi dan
memberi kan padanya.dia makan dengan lahapnya.
Setelah kejadian itu ,setiap
malam aku sering menghabiskan malam bersama laki-laki itu, diatas rumput gajah
kami menatap bulan,ia hanya diam ketika aku bercerita seolah mengerti tapi aku
tau dia sama sekali tidak mengerti bahasaku,aku bahagia menghabiskan waktu bersamanya.Wanita
itu terkadang hanya butuh didengar kan curahan hatinya ,dan karena itulah aku
nyaman bersamanya .ia tidak bisa bicara dan tidak mempunyai nama lalu aku
memberi nama dia Rizal.Aku memberikannya baju ayah yang masih tersimpan dengan
rapi dilemari,aku juga membasuh rambutnya dengan shampo dan air,Wajahnya
ternyata sangat tampan.
Berbaring diatas rumput menatap
bulan bersama Rizal.” Kau lihat rizal,bulan itu sangat indah bukan” Rizal hanya
termanggu menatap lamat-lamat bulan.Aku rasa ia tidak begitu mengerti apa yang
kukatakan.”Ini aku punya ayam goreng,kau mau rizal”Aku keluarkan ayam goreng
dari kotak bekal.Seketika Rizal langsung
menyambar ayam itu ,punggung tanganku berdarah tergores gigi tajam Rizal.
‘Kau jangan langsung menyambar
Rizal,kau harus pelan-pelan mengambilnya dan menggunakan tanganmu.Nah ini
ayamnya lagi,gunakan tanganmu” Aku mengajari Rizal cara makan yang normal. ”Baiklah
mulai besok malam kau akan kuajari berbicara dan membaca juga”
*****
“Kau tidak perlu merangkak
Rizal,gunakan kakimu saja untuk bertumpu.Cepat kemari duduk disini” .Aku
membawa kursi dan meja dapur ke halaman belakang rumah.
Rizal telah duduk dikursi,kutaruh
buku didepannya “Nah ini huruf A,B,C.Coba sebutkan dengan mulutmu”
“….”
“Ayo rizal”
“A…”Rizal mengerjap-ngerjap
mata seakan tidak mengerti
Aku terus menerus memberinya
pelajaran membaca dan menulis.Bukannya Memperhatikan buku,justru Rizal
memperhatikanku dengan sorot yang berbinar sehingga membuatku sedikit
malu.”Jangan menatapku seperti itu.Sekarang tulis huruf ini”
Perhatian Rizal bukannya terpusat kembali pada
pelajaran ,melainkan pada gelang tanganku.Ia memandangi gelang tangan sampai
matanya benar-benar terpaku dan tak berkedip. Akhirnya aku segera memukul
punggung Rizal untuk menghentikan lamunannya
“konsentrasi” tukasku.
Rizal hanya sebentar mengalihkan
pandangannya ke wajahku,setelah itu ia kembali melihat kearah gelang tannganku
“Baiklah..baiklah ini buatmu,aku
ada dua” aku mencopot gelang tangan dan memberikannya ke Rizal.
Malam begitu damai,bulan sempurna
berbentuk bundar ,angin sangat lembut hilir mudik menghantam wajahku.Sungguh
ini sangat damai sekali.
“Rizal kau tidak boleh
menggunakan kekerasan apapun dan pada siapapun ,dunia ini terlalu indah untuk
sebuah kekerasan .Kau harus janji” ucapku
sambil mengerakkan tangan memberikan berbagai gerak tubuh yang mendukung
pernyataanku agar dapat dimengerti Rizal.
Hari-hari selanjutkan ssetiap
malam aku akan terus mengajari Rizal hingga dia bisa berkata-kata dan membaca.
******
Sudut pandang ketiga
Malam di temani cahaya pucat
bulan yang menerangi permukaan bumi.Udara dingin merayap pada permukaan kulit.Dion
yang sangat hobi bermain judi di kota,malam itu pulang ke desa dengan kondisi terlilit
hutang yang sangat banyak.Ia berpikir keras mencari uang untuk menutupi
utangnya,ia sadar orang tuanya meski kaya tidak akan segampang itu mengeluarkan
uang tanpa alasan yang jelas,maka ia merencanakan untuk mencuri ternak ayahnya
sepertia biasa yang dia lakukan,namun kali ini sedikit lebih banyak.Ternak ayah
Dion menyebar dikandang-kandang warga yang diminta untuk memelihara dengan
sistim bagi hasil
Dion mengambil ternak bersama
beberapa orang temannya malam itu,saat ia beraksi didekat rumah Ika,Rizal yang
sedang ingin kembali kehutan melihat Dion
sedang memotong ternak untuk diambil dagingnya .Rizal memperhatikan dengan
jelas aktifitas Dion dan teman-temannya.Karena takut ketahuan Warga,Dion segera
memasukan potongan daging ternak kedalam karung lalu menyuruh beberapa temannya
segera pergi.Agar dapat mengelabui warga yang
pasti akan heboh jika hewan ternak mereka hilang,Dion melempar sisa
potongan daging ke arah Rizal.Rizal mendekati potongan daging ternak
memperhatikannya lamat-lamat lalu
memegangnya,seketika Dion segera berteriak MALING….Semua
warga spontan keluar dan berkumpul melihat Rizal memegang daging.Dion
berpura-pura terjatuh berspekulasi jiwanya terancam karena perbuatan Rizal.Tanpa
komando semua warga segera berkumpul memukul Rizal tanpa ampun.
“Dia siluman Harimau Putih,lihat
dari gerakkanya sama sekali tidak seperti manusia,Jangan-jangan selama ini dia
yang mengambil ternak kita” teriak Dion dengan lantang memprovokasi warga.
Warga memukul Rizal hingga
berdarah,ia telungkupkan di tanah secara paksa dan menginjak punggung Rizal
supaya tidak bergerak.Lalu mencengkram kedua tangan kebelakang,mengikat leher
Rizal .Semua Tubuh Rizal berdarah.
Amarah Rizal bangkit,matanya
berubah menjadi coklat.mengaum lantang mengisi rongga-rongga malam,sepasang
alis Rizal menyatu,kuku-kukunya memanjang,kedua taring Rizal menyembul keluar
dengan tajamnya,keluar bulu putih yang semakin lebat dari pori-pori kulit Rizal.Ia berontak mencakar para warga
yang ada didekatnya,mengigit siapapun yang bagi Rizal membahayakan
dirinya.Rizal menjadi buas,warga yang tadi melingkari Rizal sekarang berlarian
tak tentu arah.Ika yang semenjak keluar dari rumah langsung dipegang warga
dengan mulut dibekap,setelah lepas dari genggaman warga perlahan mendekati Rizal mencoba
meredakan kemarahan Rizal.
“Rizal,kau ingat kita tidak boleh
menyakiti siapapun,Dunia ini terlalu indah untuk saling menyakiti” Ika
menjulurkan tangannya dan disambut tangan Rizal dengan lembut.Ika segera
mengelus kepala Rizal mencoba menenangkannya.Tubuh Rizal kembali berubah normal
seperti manusia,matanya menatap Ika seolah ingin berkata bahwa mereka para
warga terlebih dulu yang menyakitiku.Nafas kemarahan Rizal mulai mereda tidak
penuh dengan emosi lagi.
Warga mulai tidak panik
lagi,namun hal yang mengejutkan muncul .Doarrr..sebuah peluru dari senapan
meluncur ke kaki Rizal,darah mengucur dengan deras,semua mata memandang ke arah
penembak ternyata Dion yang baru saja menembak Rizal.
Ika berteriak histeris
“Rizal..Rizal..”
“Tunggu apa lagi tangkap dia
masukan ke kandang”ucap Dion mengkomandoi para warga
Semua warga lekas melempar jaring
ke arah Rizal yang diam kesakitan dengan darah yngg terus mengalir.Mereka akan memasukkan
Rizal ke dalam kerangkeng besi ,Ika hanya bisa berteriak,lalu ditarik oleh
warga menjauh.Ika ditarik dengan paksa nyaris dipukul oleh ketua adat daerah
itu.
Hoaaaaaa hoaaaa Rizal menarik
nafas panjang memberontak ,ia merobek jarring yang menyelimuti tubuhnya .Rizal
mencoba mendekati Ika yang ditarik ketua adat,saat tangan Rizal berhasil
menggengam tangan Ika yang sedang menangis .saat itu salah satu dari warga
memukul Rizal dengan kayu balok,Rizal menoleh dan merampas kayu itu lalu
mematahkannya.
Rizal menggengam telapak tangan
Ika “Ika..”ucap Rizal perlahan terbata.
Ika terkejut mendengarnya,ia
segera melepaskan lengannya dari genggaman ketua adat lalu memeluk Rizal .Ika menangis tersedu-sedu
Ketika pelukkan itu masih
berlangsung.Dion yang mengawasi mereka kembali menembakan peluru kearah kaki Rizal.Doarrr…..”Siluman itu membahayakan…
membahayakan”
Rizal terpejam setelah
tertembak.Ika terus memeluk Rizal dengan sekuat tenaga.
******
Sehari berlalu,tiga hari berlalu.Ika
tidak bisa menemui Rizal yang sudah diamankan warga,ia hanya bisa menitipkan
makanan ke Rizal.Setiap malam Ika berharap Rizal menghampirnya, tapi hanya
sekedar bayangan semu yang menghampri lka.
Ika harus pergi dari rumahnya
,banyak warga yang tidak menyukai dirinya,dan kebetulan Ibu Ika mendapat tawaran
dari salah satu keluarga jauh mereka di Australia,keluarga mereka mengajak Ika
dan Ibunya pindah .Hari itu adalah hari
dimana mereka harus pindah ,Ika merasa berat meninggalkan rumah yang menjadi
kenangan barunya .HAti Ika masih terpaut dan tidak akan lepas dari Rizal.
“Sudahlah,kita harus pergi dari
sini nak ,,disini suasananya tidak baik lagi bagi keluarga kita” ucap ibu Ika
Ika mengangkat tasnya sambil menghembuskan
napas panjang,saat itu ia melihat sebuah cat berwarna putih bekas dulu ia ingin
mengecat kamarnya agar bisa mirip dengan suasana kamarnya di kota, ia mengecat
dinding kamarnya dengan kalimat “aku
pasti kembali,tunggulah” sebuah harapan suatu saat agar bisa dipertemukan
kembali dengan Rizal.
*******
Empat puluh tahun kemudian
Ika yang matanya telah mulai
Rabun masih terpaku menatap rumah itu sambil menghembuskan napas pendek,memorinya
baru saja memutar kembali masa lalu di
rumah itu .Karena penasaran Ika segera melangkah masuk ,pintu tidak terkunci
,menyeruak aroma pengap dari dalam rumah.Menurut warga ,rumah itu tidak berani
di dekati karena sudah lama kosong dan berhantu,sering terdengar suara-suara
aneh dari dalam rumah.
Malam mulai gelap,Ika segera menyalakan
senter yang sengaja di bawahnya ,ia datang ke desa bersama anaknya yang menunggu dipinggir
jalan,dua ratus meter dari rumah tersebut.
Ika terkejut melihat isi dalam
rumahnya sama sekali tidak berubah seperti empat puluh tahun yang lalu ketika
ia meninggalkan rumah tersebut.Ia masuk keruang tengah,Ika juga ingin melihat
tulisan yang pernah ia buat sewaktu muda dulu,dan betapa terkejutnya Ika ketika
menyebak gorden menuju kamarnya,ia
melihat Rizal duduk disana memeluk lutut,Ika merasa seperti mimpi jantung
lemahnya berdebar kencang.
Itu benar-bnear Rizal .Wajahnya
masih sama seperti empat puluh tahun yang lalu.Tidak ada yang berubah dari
dirinya .Rizal seperti awet muda sedangkan Ika sudah tua menjadi nenek-nenek.
“Rizal?” suara Ika menggema .
Rizal menunjuk ke arah dinding yang
tertempel tulisan Aku pasti
kembali,tunggulah.
“Kau menungguku Rizal” suara Ika
gemetar.
Rizal mengangguk kecil
Rizal juga menunjukan gelang tali
yang dulu diberikan Ika kepadanya.Ika menangis karena sebuah tulisan itu
membuat Rizal terus menunggunya melewati zaman.Sedangkan Ika selama di Australia
telah hidup bahagia dengan mendapatkan suami yang ia cintai,anak-anak,dan cucu
.
“Rizal kemarilah ,maafkan aku”
Rizal memeluk Ika “Ika Aku
menunggumu” Rizal berbisik.
“LiHatlah sekarang aku sudah
tua,keriputan,ubanan,sedangkan kau masih sama seperti dulu.”
Rizal menggeleng “Kau masih sama
seperti dulu’
Ika tersenyum,sekarang Rizal
sudah bisa berbicara bahkan membaca. Entah dari mana.
Ika memeluk Rizal sangat Erat,melepaskan
Rindu yang menumpuk tersimpan pada satu tempat khusus dihatinya.Hingga akhirnya
pelukan itu tidak dilepaskan Ika,matanya terpejam dan tidak terbuka lagi untuk
selamanya.
Beberapa tahun setelah itu Rizal hidup di dunia mengikuti Zaman saat ini,kelanjutannya di mnc tv "Manusia Harimau"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar