Dalam sunyi malam di kegelapan,aku
terhanyut dalam buaian sepi sendiri tak merasakan dingin malam yang siap
menghujam badan.Bagiku desau angin berdesir lirih yang mengiringi nyanyian nyamuk
disekitar telinggaku adalah kebahagiaan sekaligus ketenangan.Namaku Geri.Aku adalah seorang pelajar kelas XI Sekolah
Menengah Atas (SMA) Kota Bengkulu.Bengkulu memang bukan kota yang terkenal di
Indonesia namun keluargaku harus tinggal disini demi urusan pekerjaan
mereka.Hari-hari berlalu tanpa permisi,aku sangat sering di-bully oleh teman-teman sekolah.Aku memang berbeda tak seperti remaja pria pada umumnya,diri ini
selalu takut dan pasrah saat di bully oleh mereka,seakan tubuh rapuh tak bergeming menerima
perlakuan mereka menjahili diriku.Mulut selalu diam tak mampu mengurai kata
untuk melakukan perlawanan.
Aku tidak pernah mengadu atas cara
teman-teman memperlakukanku,karena aku tau orang tuaku terlalu sibuk dengan
urusan pekerjaan mereka hingga jarang pulang kerumah sedangkan pembantu dirumah
juga sama sekali tidak akan memperdulikanku,ia hanya peduli saat kedua orang
tuaku ada dirumah.Sudah beberapa hari ini aku selalu menghabiskan separuh
malamku dengan menyendiri di pinggir Danau DTS (dendam tak sudah).Danau ini
dikelilingi perpohonan serta tanaman-tanaman yang lumayan indah.Tanpa pernah
kupaksakan entah kenapa kaki ini setelah ganti pakaian sepulang sekolah akan mengayuh sepeda. Ketika waktu menunjukan
pukul 19.00 aku berangkat menuju pinggiran danau ,menikmati ketenangan air,menatap bulan
yang sedang bercermin di danau dan mendengarkan paduan suara angin.Inilah
bahagiaku!,bahagia itu letaknya dihati terbebas dari opini.Aku sering
berlama-lama disini kadang juga menertawai diri sendiri.
Banyak warga Bengkulu bilang danau
DTS (dendam tak sudah) angker dan sering ada penampakan yang menyeramkan.Ahh!!..,Jujur
aku tidak peduli dengan semua hal itu sebab hanya disini aku bisa melepaskan
beban, melupakan segala kejahilan teman disekolah dan ketidakpedulian orang
tuaku.Aku merasa aman dan nyaman disini tanpa pernah bertemu dengan
sosok hantu seperti yang diceritakan para warga. Sejujurnya juga ada perasaan
penasaran yang bergejolak dihati,entah kenapa aku merasakan seperti ada
sepasang mata memperhatikanku,sering terdengar sayup-sayup tawa kecil
perempuan,meski aku tidak begitu yakin dari mana arah suara itu.Aku selalu duduk
diatas batu yang cukup besar dipinggir danau.Sering kali aku melempar batu
kecil ke danau untuk melepaskan emosi namun setiap lemparan batu yang kulempar
selalu disusul oleh lemparan batu lain yang sama sekali tidakku ketahui asalnya darimana.
Aku tidak sendiri disini!.
*****
“Ger
tadi aku dipesan Ibu Rita ,kalau hari ini kamu mendapat giliran membersihkan
gudang sepulang sekolah” kata Satrio,temanku yang sangat sering menjahiliku di
sekolah.
Aku hanya diam tak merespon Satrio.Perasaanku berkata ini hanya bualan
yang diciptakan Satrio untuk menjahili diriku,tapi apa daya aku tak bisa
menghindar karena semua teman dikelas seperti berkonspirasi membenarkan
pernyataan Satrio.
Sepulang sekolah pukul 15.00 aku
langsung pergi kegudang belakang sekolah meninggalkan tas dikelas.Lorong menuju
gudang belakang sekolah sangat sepi,hingga membuat suara langkahku cukup keras
terdengar.Saat sedang berjalan tiba-tiba aku mendengar suara langkah lain
selain suara langkah kakiku.Suara langkah itu tepat dibelakangku,seperti
mengikuti aku dari belakang.Aku langsung berhenti dan menoleh ke belakang.Tidak
ada siapa-siapa.Aku kembali meneruskan langkah ,namun suara langkah kaki itu
terdengar lagi tepat di belakangku.Aku menoleh ke belakang namun lagi-lagi
tidak seorangpun di belakangku.Saat itu aku sudah mulai merasa aneh,aku kembali
melangkah dengan langkah yang lebih cepat menuju gudang belakang sekolah.
Setelah sampai di gudang dengan
sigap aku membersihkan isi gudang yang terlihat kotor karena tak terurus
itu.Tiba-tiba terdengar suara pintu gudang tertutup cepat disertai suara alunan
pintu yang terkunci.Ahh..Benar dugaanku kalau Satrio akan menjahiliku.Ku gedor-gedor
pintu sambil berteriak “Tolong..Aku terkunci,tolong aku!!” Tak seorang pun yang
mendengar tangis lirih dan teriakku.Kusandarkan perlahan badan ini di muka
pintu sambil tetap berharap ada yang membantu.Harapan pun telah lelah hanya
pasrah yang membelenggu.
Jam ditanganku menunjukkan pukul
21.15,sudah lebih dari 6 jam aku terkurung digudang,Gelap telah naik pitam
hanya titik-titik cahaya membelai masuk dari celah pintu.Kucoba kembali membuka
pintu gudang ,gangang pintunya terasa sangat dingin di tangan,seakan hawa
dingin malam sudah diresap oleh gangang besi itu.Saat sedang fokus berusaha
membuka pintu terdengar suara langkah kaki yang mendekat diiringi alunan musik
jawa semakin bertambahnya detik semakin dekat langkah itu.Pintu gudang pun
terbuka perlahan diikuti masuknya cahaya ke gudang secara rebutan.Aku kaget
melihat ada sesosok pria berdiri didepan
pintu,jantung terasa berhenti berdetak.Aku mulai membayangkan sosok pria yang
berdiri didepan pintu itu hantu pria yang sudah hancur,dengan bagian mata dan
pipi yang remuk hingga darah membasahi kain putih yang dikenakannya serta lagu
jawa mengiringi derap langkah.
”Jangan ganggu aku,maaf jangan
ganggu” teriakku memohon setelah membayangkan sosok didepan pintu gudang itu.
Aku baru sadar saat sosok itu
mendekat ternyata adalah pak Tarno
dengan suara handphonenya yang memutar lagu jawa,ia satpam sekolahku.Uhh
nafasku mulai kuatur .Padahal tadi aku sempat membayangkan sosok yang menakutkan
berada didepan gudang.
“Mas Geri ini saya pak Tarno ,tadi
waktu saya memeriksa kelas, bapak melihat masih ada tasmu, jadi takut terjadi
apa-apa denganmu mangkanya bapak kelilingi sekolah mencari tau”
“Makasih banyak pak” Jawabku singkat
dengan sedikit lirih.Pak Tarno adalah satpam sekolahku sekaligus masih saudara
dengan pembantuku dirumah.
Tanpa mengulur waktu aku langsung
keluar gudang menuju kelas untuk mengambil tas.Aku sedih sesedihanya dengan
kejadian barusan,aku tidak kuat selalu menjadi bahan kejahilan teman disekolah
tapi aku juga tidak berani menceritakan kejahilan mereka.
Aku tidak langsung pulang ke
rumah,langkah ini ingin menuju danau DTS (dendam tak sudah) untuk menyendiri, karena
ini hidupku maka aturanku yang berlaku.Sesampainya didanau DTS seperti biasa
aku langsung duduk diatas batu besar dipinggiran danau,tatapan ku kosong
menatap kejauhan aku masih resah malam ini.
“Hai kamu sedang apa?”
Suara yang disertai sentuhan dingin
dipundakku,membuat aku kaget hingga membuyarkan lamunan dan langsung menoleh
kebelakang,ternyata sapaan itu berasal dari wanita berumur 20 an yang cukup
cantik mengenakan pakaian mode sekitar tahun 80 an.Wajah wanita itu cantik
berambut lurus panjang namun yang aneh adalah kulitnya pucat.Aku masih saja
diam terpaku memandang wanita yang mempunyai kerlipan mata seindah kerlipan
bintang,dengan senyum lengkungan bulan,seakan wajahnya mengelitik mata untuk
terpana.
Wanita itu melirikku dan aku kaget
menjadi salah tingkah.
“:Maaf kak aku tadi sempat diam tak
menjawab pertanyaan kakak”jawabku disertai malu.
“Iya gak apa-apa dek,aku juga yang
salah menyapamu sekaligus mengkagetkanmu” jawab wanita itu .
Mataku mulai merasa sangat janggal
melihat penampilan wanita didepanku,sungguh aneh sekarang itu tahun 2008 namun
wanita itu memakai pakaian seperti tahun 80 an,kutepis pemikiran kejanggalan
itu.Aku bahagia ternyata juga ada orang yang suka menyendiri dimalam hari
bermandikan sunyi.
“Kamu kenapa sendirian di pinggir
danau?,kamu tidak takut?.Kata orang,disini tempat yang angker loh.”Tanya wanita
itu bersama senyumanya.
“Uda deh jangan nakut-nakutin,aku
tidak takut sama begituan.Untuk apa aku takut kak sedangkan disini aku bisa
melupakan beban dan sedihku yang bisa membuatku
bahagiaJ .Bahagia itu tidak membutuhkan
persyaratan,jika aku bahagia ya akan kulanjutkan.”
Wanita itu lalu duduk disebelah
kiriku,aku sebenarnya mencium aroma melati disekitar wanita itu ,tetap tak kupeduli
hidungku.Pembiacaraan kami semakin larut dan berkembang,aku ceritakan semua
keluh,kesah,gundaku.Padahal baru pertama
kali aku bertemu wanita itu namun miliaran ketenangan seperti
menghampiriku,nyaman bertambah lagi kebahagianku setelah sepi menjadi tokoh
pemeran utama kebahagian ,sekarang melepaskan cerita ke wanita yang diakui
bernama Ratih itu menjadi tokoh peran kedua bahagiaku.
Malam demi malamku semenjak itu
ditaburi kasih ,hampir setiap malam aku bercerita dengan Ratih tentang kejadian
apa saja ku alami di siang hari.Aku bisa bebas berbicara meski kadang tak
terarah.Aku mulai sibuk mengatur waktu,bagaimana mengatur porsi yang tepat
antara bahagia,kesal,senyum,dan nyaman dengannya tanpa pernah dia menyanggah pembicaraanku.Sepertinya
rasa nyamanku bersama Ratih menjadi gerbang awal masuknya sebuah perasaan,aku tetap
santai , tak perlu rumit memaknai
perasaan. Rasakan secukupnya. Pada akhirnya, cinta tak pernah salah mengenali
aromanya.Dan aku menunggu untuk mengungkapkan itu.
Kedua
orang tuaku curiga akan tingkah laku ku yang menurut kabar mereka dapatkan,aku
sering pulang dini hari kerumah.Hingga akhirnya mereka mengikuti langkah kakiku
tanpa kuketahui layaknya detektif , mencari tau hal apa yang aku lakukan.Malam
menabur bintang berkelip berurutan,bulan tersenyum melengkung menemani
malam,aku ingin bertemu Ratih malam ini mau bercerita tentang kebinggunganku
disekolah hari ini.
Kupandangi
bayangan daun yang menari ,kudengar dentuman suara jangkrik ,dan tak kuhiraukan
gigitan vampire kecil penghisap darah berlabuh dikulitku.Kutunggu Ratih hingga
akhirnya kudengar sapaannya malam ini.
“Anak
kecil uda datang ya,kamu rindu aku sepertinya” Senyum kecil Ratih bersumringah
“AKu
binggung kak Ratih,besok malam aku dan lima temanku mendapat giliran menjaga
panggung PENSI (pentas seni) disekolah.Aku takut karena ke Lima siswa yang
mendapat giliran menjaga panggung PENSI selain aku adalah Satrio dan para
sahabatnya.Aku takut Satrio dan sahabatnya menjahili aku lagi”
“HIHIIHIHI”
suara tertawa Ratih mengema malam.Aku
cukup takut merinding mendengar gelak tawa itu namun kebersamaanku dengan Ratih jauh menimbun ketakutanku.
“Kamu ikut
aja menjaga panggung PENSI itu,Besok malam adalah giliranmu yang menjahili
mereka “ungkap Ratih
Setelah
banyak berbincang waktu seakan cepat berlalu,andai saja waktu dapat kuhentikan
saatku berada bersamamu Ratih.Aku langsung pulang kerumah,namun tanpa kusadari
keduaorang tuaku dari tadi memperhatikanku dipinggiran danau. Dan seperti biasa
Setelah berpamitan pulang dengan kak Ratih ,tujuh langkah aku menjauh tiba-tiba
Ratih hilang begitu saja tak terjangkau mata,aku ingin sekali memperdebatkan
hal itu dengan logika namun akhirnya tak pernah ku lakukan perdebatan itu.
Malam
giliran ku dan ke enam siswa lainnya menginap disekolah untuk menjaga panggung
PENSI tiba.aku sedikit ragu dengan kak Ratih yang akan menggerjai mereka ,ragu
itu hilang saat kak ratih muncul ketika aku keluar dari toilet.
“Kak Ratih
kok tau aku disini”
“Tidak
penting!, yang terpenting sekarang kamu lihat saja dari jendela kelas ,karena
sebentar lagi aku akan mengerjai mereka (Satrio cs)”
“Oke kak”
jawabku yang sebenarnya masih penuh tanda Tanya bagaimana kak Ratih bisa
menemui keberadaan kami.
Kulihat
diam-diam tanpa bersuara dari jendela saat teman-temanku duduk
bercengkrama.Tiba-tiba kak Ratih muncul dari salah satu sudut ruangan telah
berganti pakaian,bagaikan terbang dia duduk dipojok bangku sudut kanan ruangan
sambil mengeluarkan gelak tawa yang sangat menyeramkan.Tubuh kak Ratih
diselimutin darah segar ,hidungnya tak henti mengeluarkan darah ,kulitnya lebam
biru seperti habis lama berrendam dia air ,dengan rambut yang terurai panjang
.Kulihat Satrio dan ke empat temanku bergetar hebat,teman-temanku saling
memandang bermandikan keringat dingin dan saat kak Ratih tertawa lepas
menyeramkan Satrio dan teman-temanku pingsan,dan aku masih menatap terpaku
kejadian itu hingga aku masuk keruangan dan mencari kak Ratih yang telah
menghilang , aku pun tertidur bersama pingsannya Satrio cs.
Keesokan
harinya sekolah heboh ,karena kejadian semalam .Sekolah berinisiatif
mendatangkan ustad .Aku tertawa dalam hati
“Ahh
masa’ pakai acara panggil-panggil ustad segala,emang kak Ratih hantu apa?.Kak
Ratih memang hebat ber akting! “hati ku berbicara
Ustad
menyuruh kami berkumpul malam nanti untuk mengadakan pengajian di sekolah
,memohon pada sang illahi agar sekolah kami dijauhkan dari segala kelakuan
jahat makhluk manapun.setelah pengajian itu dimalam-malamku sekarang menjadi
sepi aku tidak mengerti kenapa bisa terjadi,kak Ratih tidak pernah muncul lagi
menemani sepiku dipinggir danau. Saat
menunggu, waktu terasa lebih lambat melakukan tugasnya untuk membuat perih
semakin pedih.
Aku selalu
menunggu Ratih disetiap malam, Belum mampu untuk lupa. Sebagaimana kerinduan
yang tak pernah bosan untuk singgah dalam setiap lamunan tentangmu. Aku selalu
duduk di sudut batu. Meraba desau angin yang berdesir lirih.hanyut dalam
magisnya keheningan. Pelan-pelan kerinduan merengkuh hati dalam-dalam.
Menghadirkan perih pedih rasa yang telah lama ditinggalkan. Didalam Usang
mendamba yang terlupakan. rindu bertindak jahatnya.aku terhujam olehnya. Jatuh
bersimbah air mata yang mengalir bagaikan hujan.
Aku masih
menunggumu,menatap sorot mata teduhmu,dan bercerita tantang kelakuanku.Menunggu
tidak membosankan tapi penuh harapan yang sering memunculkan kekecewaanTiga
bulan telah berlalu,hidupku semakin kacau tanpamu,aku jarang masuk sekolah
karena aku lebih memilih menunggumu dipinggir danau.Ratih aku masih
menunggu,mendekatlah.Mari kita melangkah memungut bintang,lalu mengasuhnya
hingga tumbuh menjadi gerhana.
Hingga
disuatu malam jumat saat aku duduk termenggu menatap arah horizontal,Ratih
datang menemuiku dengan wujud yang menyeramkan seperti yang aku lihat saat ia
menakut-nakuti Satrio dan teman-temannya.Pucat fasih mukanya ,hidung terua tak
henti mengeluarkan darah segar,kulit tubuhnya seperti lembek ingin
mengelupas,rambut yang terurai dan baju yang lusuh.Kedatangan nya pun disambut
angin merdu beraroma bunga melati.
Tubuhku
seketika kaku ,dan jantung seakan semakin berpacu cepat mau copot,aku
bergemetaran tidak dapat berkata-kata,hanya terpaku menatap sosok
RAtih.Pelan-pelan ku eja kata menjadi kalimat mencoba berbicara dengan Ratih.
“Ratih..?”
ku ucapkan namanya sambil menarik nafas yang dalam agar ketakutanku hilang.
“Geri
inilah sebenarnya diriku,kita berada di dunia yang berbeda,aku mungkin
menyeramkan tapi aku tidak ingin menakutimu’
Aku
kembali diam masih tidak percaya,ku tatap ratih hingga tanpa isyarat bibirku
berucap “Ratih sungguh sejujurnya aku takut melihat keadaan rupamu namun
sepertinya rasa takutku masih kalah besar dari rasa suka dan cintaku.sekarang
adalah waktu yang tepat untuk aku mengungkapan rasa”
“Kita
harus
menjauh Geri!! Andaikan kita tercipta dari 1 dunia tentu kita tidak
akan
seperti ini dan pasti kita akan menjalani hari bersama untuk
bahagia.Tapi Aku dan Kamu berbeda ingat kita tidak boleh melanggar
kodrat Tuhan”Jawab Ratih
“Aku cinta
kamu Ratih,tanpa bersumber dari fisik ataupun dunia kita yang berbeda,aku
mencintai kamu karena terbiasa bersamamu”
Terlalu
indah terlalu bahagia.siapa sangka,aku telah membiarkan diri tersesat
disini,menikmati perasaan yang tidak tertandingi.
Setelah
ungkapan itu Ratih hanya diam,ada air yang meleleh dari matanya mulai menggarisi
pipi yang pucat pasih,Aku tidak tau apakah itu air mata kesedihan ataukah hanya
airmata yang keluar layaknya hantu menakuti ,lalu aku mendekatinya berhenti
berbicara.Diam-diam,mataku mulai basah.binggung harus menyikapi perasaan ini
dengan cara apa, lalu mataku terpejam disampingnya.
Sudah tiga
hari aku menghilang dari rumah,kedua orang tuaku mencari keberadaanku hingga
akhirnya meminta bantuan ustad karena dulu saat mengikuti langkahku di danau
ada kecurigaan yang menggangu pikiran mereka,aku terlihat berbicara sendiri
waktu itu.Ada gaib yang ikut bermain dalam kejadian ini bagi mereka,Aku
ditemukan tertidur sendirian dipinggir danau..Saat aku tersadar tubuhku sudah
ada dirumah sakit,kudengar sayup-sayup kedua orang tuaku berbincang dengan
ustad diluar kamar rawatku.
“Saya
sudah menutup mata batinya Pak,Buk ,kemungkinan dia tidak akan pernah bertemu
mahkluk itu lagi”
“Iya
terima kasih Pak Ustad,kami juga mulai curiga dengan tingkah Geri diluar
kewajaran saat di pinggir Danau,ia terlihat asik berbicara sendiri.Rencananya
kami akan memindahkan sekolahnya di Jakarta”
“Itu ide
yang bagus Pak,semoga dia bisa melupakan semua kejadian disini ,amin”
Tak terasa
air mataku terjatuh mendengar percakapan itu,Aku sadar aku tidak akan pernah
menyatu dengan ratih dan mulai saat itu aku bisa menerima keadaan
kehidupanku.Pada akhirnya,senja terlahap gelap meninggalkan segala cerita yang
larut bersama kelamItulah kisahku kalian bisa menyapaku di @suparmaaan
,sekarang kehidupanku kulalui disalah satu Universitas Negeri di Depok.
Ratih
telah menjadi cerita urban legend Danau Dendam Tak Sudah di Bengkulu ,Ia adalah
sesosok hantu wanita yang digambarkan meninggal karena dibunuh dan mayat nya
dibuang di danau DTS tahun 80 an
Aku
mengenangnya. Belum mampu untuk lupa. kerinduan yang tak pernah bosan untuk
singgah dalam setiap lamunan
Rinduku
berlirih sayup-sayup memanggilmu dalam mimpi aku yang terlanjur mencintaimu tanpa
logika bukan cinta jenaka yang layak ditertawakan ,aku tulus ini cinta dengan
hati.Mataku berkabut bukan sendu mungkin ini tanda jjika rindu tlah berselimut debu,rindu
yang tak pernah menyusut dan diratapi. Ditemani mimpi yang tersisa akan selalu
merindu Ratih!
Ini seperti fiksi namun ini sungguh terjadi.....
Cara melihat hantu,
pukul 23.00 duduklah bersila menghadap utara,memejamkan mata sambil mengatakan lengser wengi 7x.Ikuti saja jika ingin membuktikan.
serem kalo nyata, soalnya ada juga yang bilang di depan rumahku ada hantunya. hiyy, mending ga tau aja deh. >.<
BalasHapusEmg beneran bisa liat hantu cuma dg gitu aja?
BalasHapusEmg beneran bisa liat hantu cuma dg gitu aja?
BalasHapusDunia gaib tidak terikat oleh ruang dan waktu. Jika memang ingin bertemu kembali dengan Ratih, cukup pejamkan matamu dan fokus membayangkan wajah Ratih (memang dia sangat cantik dan baik) dan tempat danau itu sampai kamu yakin sedang berada di danau tsb, dia pasti muncul. Bila belum berhasil, coba tenangkan hati & pikiran, harus fokus dan lupakan hal yg lain. (Seorang sahabat yg telah melihat Ratih juga)
BalasHapus